Saturday, June 30, 2007

TEORY AGENCY

RESUME KASUS

Terdapat 2 (dua) persoalan yang terjadi dalam Mc DERMOTT MANUFACTURING, INC. Yang pertama dewan direksi, dalam hubungan agensi, berusaha mempercayai para CEO sebagai agen mereka dalam perusahaan untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang diharapkan. Sedang yang kedua adalah peningkatan arus kas bebas melalui peningkatan hutang jangka panjang. Arus kas bebas ini dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan sehingga memperoleh laba yang lebih besar yang diharapkann dengan tetap mempertahankan kemampuan untuk membayar pokok dan bunga pinjaman. Hal ini ditujukan untuk memperoleh ROE yang lebih tinggi dan peningkatan penggunaan arus kas secara lebih bermanfaat. Perubahan struktur modal dalam suatu perusahaan akan membawa dampak baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kebijakan perubahan struktur modal modal akan turut pula mempengaruhi strategi perusahaan di masa yang akan datang.

URAIAN MASALAH

Berikut ini diuraikan berbagai permasalahan yang menyangkut keduanya yang dipandu dengan beberapa pertanyaan yang tersedia.

1. Manajer adalah agen bagi para pemegang saham

Diskripsi bahwa manajer adalah agen bagi para pemegang saham atau dewan direksi adalah benar sesuai teori agensi. Robert N Anthoni dan Vijay Govindarajan mengatakan bahwa hubungan agensi terdapat kapan saja satu pihak sebagai principal sepakat memakai pihak lain (agen) untuk melaksanakan beberapa jasa dan dalam melakukannya principal membuat keputusan otoritas bagi agen. Di dalam perusahaan, pemegang saham adalah principal dan para manajer (CEO atau CFO) adalah agen mereka. Para pemegang saham mempekerjakan dan mengharap mereka akan bertindak atas kepentingan mereka selaku principal.

Perbedaan antara principal dan agen
Dalam hubungan tersebut antara principal dan agen mempunyai karasteristik perbedaan atau preferensi atas tujuan kerja dan resiko.
- perbedaan preferensi tujuan kerja
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.

- Preferensi resiko
Teori ini mengasumsikan bahwa manusia lebih menyukai pertambahan kekayaan dibandingkan kekurangan atau penurunan atas kekayaan yang diakumulasi atau dikelola. Agen secara khas mempunyai mengelola kekayaan keuangan atas modal yang dikelolanya dan kekayaan manusia. Kekayaan manusia berupa nilai manajer itu sendiri yang dipersepsikan pasar dimana dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Karena penurunan utilitas atas kekayaan dan sejumlah modal investasi principal, maka diasumsikan manajer menghindari resiko. Pada sisi lain, para pemegang saham berusaha mengurangi resiko dengan mendiversifikasikan kekayaan dan kepemilikan saham mereka di banyak perusahaan dalam nilai investasi yang mereka harapkan sehingga resiko menjadi netral. Karena tidak begitu mudahnya mendiversifikasikan resiko ini, maka mereka cenderung menolak resiko.

Hubungan agensi ini memotivasi setiap individu untuk memperoleh sasaran yang harmonis, dan menjaga kepentingan masing-masing antara agen dan principal. Hubungan keagenan ini merupakan hubungan timbal balik dalam mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing pihak yang secara eksplisit dan sadar memasukkan beberapa penekanan seperti:
- kebutuhan principal akan memberikan kepercayaan kepada manajer dengan imbalan atau kompensasi keuangan
- budaya organisasi yang berlaku dalam perusahaan
- faktor luar seperti karasteristik industri, pesaing, praktek kompensasi, pasar tenaga kerja, manajerial dan isu-isu legal
- strategi yang dijalankan perusahaan dalam memenangkan kompetisi global

Dengan hubungan tersebut, manajer benar-benar sebagai agen bagi para pemegang saham.

2. Masalah Utama dalam Hubungan Agensi

Terdapat tiga masalah utama dalam hubungan agensi, yaitu :
- kontrol pemegang saham kepada manajer
- biaya yang menyertai hubungan agensi
- menghindari dan meminimalisasi biaya agensi

Yang pertama adalah masalah kontrol atau pengendalian.
Masalah kontrol meliputi beberapa masalah pokok, yaitu : tindakan agen yang tidak dapat diamati oleh prinsipal dan mekanisme pengendalian itu sendiri.

- Adanya tindakan agen yang tidak dapat diamati oleh principal
Dalam kaitannya dengan kompensasi dan syarat-syarat yang timbul dalam hubungan agensi, tidak menjadikan para principal mudah untuk memomitor tindakan para agen. Para pemegang saham tidak dalam posisi untuk memonitor aktivitas sehari-hari CEO untuk memastikan bahwa dia bekerja pada kepentingannya yang terbaik.
Prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang performa agen dan tidak pernah akan pasti dapat merasa bagaimana kontribusi upaya agen terhadap hasil actual perusahaan, kecuali agen memberikan informasi tambahan yang berupa informasi pribadi. Tanpa memonitornya, hanya agenlah yang mengetahui apakah dia bekerja atas kepentingan terbaik principal. Selain itu, jelas hanya agen yang mengetahui lebih banyak tentang tugasnya dibandingkan principal.

- mekanisme pengendalian
Adanya tindakan agen yang tidak diketahui secara pasti oleh principal tersebut memaksa principal melakukan pengendalian dengan mekanisme pengendalian agar kepentingan yang dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, yaitu melalui monitoring dan kontrak insentif.

Monitoring. Prinsipal dapat merancang system pengendalian yang menambah kemakmuran agen atas biaya kepentingan principal. Sebagai contoh : audit pihak ketiga atas laporan keuangan perusahaan sebelum diserahkan kepada pemegang saham. Untuk dapat melakukan monitoring dengan baik dan efektif, principal perlu mendefinisikan tugas-tugas agen sehingga menghasilkan informasi atau sinyal dalam proses monitoring yang akurat, terutama sekali terhadap penggunaan arus kas bebas oleh para manajer.
Kontrak insentif. Jika tugas tidak dapat didefinisikan dengan baik untuk memudahkan dalam memantau, kontrak insentif dapat dipergunakan sebagai alat control. Maka yang penting dilakukan pemegang saham sebagai principal adalah menentukan ukuran prestasi agar dapat mengakomodasi segala kepentingannya dengan sasaran yang sesuai dan jelas. Kontrak yang diberikan kepada agen harus dapat memonitor agen untuk bekerja atas kepentingan terbaik principal.

Mengidentifikasi sinyal yang berkorelasi dengan upaya agen dan nilai-nilai perusahaan menjadi suatu kebutuhan bagi para pemegang saham, sehingga mereka sendiri dapat memperoleh informasi yang tepat dan jelas dan berkorelasi dengan penggunaan arus kas bebas oleh agen atau manajer.

Yang kedua adalah biaya yang menyertai hubungan agensi
Adanya perbedaaan preferensi resiko dan tujuan kerja dari kedua pihak menyebabkan adanya biaya tambahan sebagai biaya agensi yang terdiri dari :
- biaya kompensasi insentif berupa bonus dalam bentuk opsi saham
- biaya monitoring
- kerugian residu yaitu penyesuaian-penyesuaian atas insentif kedua biaya diatas tetapi masih mendatangkan perbedaan preferensi atas resiko saham yang dipengaruhi oleh factor-faktor di luar agen.

Yang ketiga adalah tentang bagaimana menghindari dan meminimalisasi biaya agensi
Kunci untuk memotivasi orang berperilaku dalam sikap yang memajukan tujuan organisasi terletak pada cara insentif organisasi menghubungkannya dengan dengan tujuan individu (Robert Anthony dan Vijay G, 2003). Maka dalam hubungan agensi kembali kepada manusia itu sendiri dan mekanisme insentif yang diberlakukan. Hubungan personalitas antara kedua pihak tetap memegang peranan kunci bagi keberhasilan pencapaian tujuan masing-masing pihak. Perbedaan preferensi tentang resiko dari agen, motif nonfinancial, kepercayaan principal pada agen, kemampuan agen untuk penugasan kini dan prospek penugasan yang akan datang sangat mempengaruhi hubungan keagenan dan biaya agensi yang ditimbulkan.
Principal dalam posisinya mempunyai kepentingan untuk memperkecil biaya agensi yang timbul dan ini berlaku sebaliknya pada agen. Dalam upayanya tersebut ada 2 (dua) hal yang dapat dilakukan oleh principal untuk memperkecil biaya agensi karena tidak dapat dihilangkan sama sekali, yaitu :
- mencari manajer yang benar-benar dapat dipercaya, mengetahui secara jelas kapabilitas dan personalitas. Kunci kerjasama dalam hubungan agensi adalah kepercayaan yang didasarkan pada informasi yang benar tentang agen.
- Memperjelas kontrak insentif dengan skema kompensasi opsional sehingga memotivasi agen untuk bekerja sesuai kepentingan principal dengan penghargaan yang wajar terhadap principal.

3. Relevansi data yang disajikan

Walaupun data tahun 1994, tetapi pola penggunaan arus kas bebas oleh manajer melalui peningkatan hutang sangatlah relevan.

Arus kas bebas (atau arus kas netto, Grahamm Mott, 1994) sebelum pembelanjaan adalah arus kas masuk atau arus kas keluar netto sebelum ada pembelanjaan dalam bentuk proyek modal yang disetujui untuk didanai yang dipegaruhi oleh beberapa item sebagai berikut :
a. laba usaha sebelum bunga dan pajak
b. penyusutan yang ditambahkan kembali (karena bukan pengeluaran kas)
c. perubahan jmlah saham dari akhir periode yang lalu
d. perubahan jumlah piutang dari periode akhir sebelumnya
e. perubahan jumlah utang dari akhir periode yang lalu.
Keadaan dimana perusahaan mampu memenuhi pembelanjaannya sendiri dengan arus kas bebas, maka perusahaan dikatakan dalam keadaan self-sufficient.

Burdet berkeyakinan bahwa perusahaan dapat menambah arus kas bebas tersebut dengan cara meningkatkan jumlah hutang untuk memperoleh ROI yang lebih besar atau dengan kata lain memperbesar arus kas masuk dan mengurangi arus kas keluar perusahaan.

Perusahaan swasta umumnya memperoleh modal melalui 2 (dua) jalan, yaitu modal saham yang sangat beresiko (ekuitas) dan dari hutang. Hubungan antara hutang dan dana/modal pemegang saham disebut gearing. Tinggi rendahnya gearing tergantung prosentase hutang dengan modal saham. Ada 2 (dua) resiko akibat gearing, yaitu :
- resiko modal, yaitu resiko tidak terbayarnya pinjaman ketika jatuh tempo, sehingga harus lebih banyak lagi laba yang harus ditahan untuk membayar kembali pinjaman pada saat jatuh tempo tau membuka pinjaman baru atau melakukan emisi saham hak (right issue of share). Dalam keadaan normal hal ini dapat dilakukan, tetapi dalam keadaan resesi berat, tak ada satupun alternatif yang tersedia untuk membayar pinjaman kembali.
- Resiko kedua berhubungan dengan pembayaran bunga, karena laba yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan tidak dapat memadai untuk membayarnya.
Dikenal suatu jaminan bunga (interest cover) yaitu mengukur tingkat keamanan bagi pembayaran bunga. Semakin banyak laba yang tersedia untuk menutup biaya bunga, semakin rendah resiko kreditor dan penyedia modal lainnya.

Deviden pemegang saham, dari 2 (dua) resiko diatas, ada dalam hubungan terakhir untuk dibayarkan. Jika sebagian proporsi laba dihabiskan untuk membayar bunga, maka semakin kecil bagian laba yang tersedia bagi pemilik perusahaan.
Bank sangat menaruh perhatian terhadap rasio interest cover dan level gearing. Bila hal itu dilanggar maka bank akan melakukan negosiasi ulang atas pinjaman berkenaan atau minta segera dilunasi. Perusahaan dalam meningkatkan arus kas melalui pinjaman harus memperhatikan kedua rasio tersebut karena :
- bunga dapat menghindari pajak sedangkan deviden dikenai pajak
- jika perusahaan dapat menghasilkan laba yang lebih banyak dari penggunaan pinjaman modal yang melebihi biaya bunganya, surplus laba menjadi milik pemegang saham dan meningkatkan laba persaham dan ROE meningkat.
Maka meningkatkan arus kas bebas dan meningkatkan ROE pemilik saham melalui pinjaman atau hutang adalah baik dan sangat relevan sepanjang perusahaan dapat menghasilkan surplus laba yang lebih setelah pelunasan pinjaman dan bunga melalui kegiatan yang potensial menghasilkan laba.
Oleh karena itu, wajar jika dikatakan bahwa sedikit gearing adalah baik, akan tetapi terlalu banyak gearing dapat nerusak kesehatan perusahaan.


4. Kurva hasil “datar”

Kurva hasil “datar” adalah kurva yang menggambarkan upaya penambahan arus kas melalui pinjaman jangka panjang (12 – 18 bulan) dengan bunga pinjaman yang relatif sama atau stabil sekitar 7%-8% atau tidak mengalami fluktuasi yang berarti.

Utang yang jatuh tempo setelah satu tahun berasal dari 2 (dua) kelompok utama : pinjaman dan profisi.
- Pinjaman dengan tingkat bunga yang tetap merupakan sumber dana yang menarik bagi perusahaan termasuk bagi Mc Dermott Manufacturing Inc., karena biaya bunga tidak dikenakan pajak (tax relief) dan biayanya lebih kecil daripada sumber modal lainnya.
Maka jika pinjaman selalu dijaga agar relative tidak terlalu besar dari modal saham ditambah cadangan (low gearing) factor resiko menjadi berkurang. Hal ini menjadikan kurva MM relative datar karena kemampuan perusahaan mencari sumber dana pinjaman yang dibutuhkan. Bunga yang relative datar ini sangat mendukung iklim investasi dan bersaing perusahaan, sehingga menghasilkan arus kas yang diharapkan.

- Upaya lain untuk mengantisipasi resiko pinjaman adalah membuat provisi kerugian yang diperkirakan bakal terjadi atas kejadian-kejadian di masa yang akan datang, misalnya melalui program restrukturisasi.
Provisi dibentuk dengan membebankan estimasi biaya tersebut ke dalam perhitungan rugi laba. Di kemudian hari, biaya yang sesungguhnya terjadi dibebankan pada provisi dan setiap kelebihan pembebanan dimasukkan dalam perhitungan rugi laba. Seharusnya provisi ditetapkan melebihi biaya sesungguhnya yang terjadi, dengan demikian akan diperlukan penyesuaian-penyesuaian laba dalam laporan rugi laba yang akan datang.

Dari uraian di atas jelas bahwa kurva yang diharapkan sangat relevan dengan pemikiran Burdett.

5. Melipatduakan hutang jangka panjang untuk menarik ekuitas

Dengan upaya melipatgandakan hutang jangka panjang akan memperoleh peningkatan arus kas sebagaimana yang diharapkan. Adanya tambahan hutang tersebut akan merubah neraca perusahaan sebagai berikut.





Sebelum Sesudah
Penambahan Penambahan
Hutang Hutang
NERACA
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas 1.860 9.594
Piutang 417 417
Persediaan 2.187 2.187
Total Aktiva Lancar 4.464 12.198

Aktiva Tetap
Tanah 12.927 12.927
Bangunan 15.438 15.438
Peralatan 22.971 22.971
Total Aktiva Tetap 51.336 51.336

TOTAL AKTIVA 55.800 63.534

PASIVA
Kewajiban-kewajiban
Hutang jangka pendek 2.976 2.976
Penyesuaian 744 744
Surat Hutang 3.255 3.255

Total Hutang lancar lainnya 6.975 6.975

Hutang jangka panjang 7.734 15.468

Total Kewajiban 14.709 22.443

Saham Biasa 13.284 13.284
Laba ditahan 27.804 27.807
Total Ekuitas 41.088 41.091

TOTAL PASIVA 55.797 63.534

Total hutang terhadap total aktiva 35,82% 54,65%

Times interest earned 9 9

Return on Equity 25% 25%










6. Perhitungan Rasio-rasio keuangan

1. Analisa Likuiditas
a. Modal Kerja Bersih Neraca
(Net Working Capital)
Harta Lancar 4.464 12.198
Kewajiban Lancar 2.976 2.976
Modal Kerja Bersih 1.488 9.222

b. Rasio Lancar (Current Ratio)
Harta Lancar 4.464 12.198
Kewajiban Lancar 2.976 2.976
Rasio Lancar 1,50 4,10

c. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Harta Lancar 4.464 12.198
Persediaan 2.187 2.187
Kewajiban Lancar 2.976 2.976
Rasio Cepat 0,77 3,36

2. Rasio Hutang
a. Hutang terhadap harta
Total Kewajiban 14.709 22.443
Total Harta 55.800 63.534
Rasio Hutang terhadap harta 26,4% 35,3%

b. Hutang terhadap ekuitas
Total Kewajiban 14.709 22.443
Total Ekuitas Pemilik 41.091 41.091
Rasio Kewajiban terhadap ekuitas pemilik 0,36 0,55


7. Pelaksanaan teori agensi mengharuskan agen memberikan informasi yang rinci dan relevan atas pendanaan biaya modal perusahaan.

Kenyataannya, tak semudah itu principal memperolehnya atau agen memberikan. Perbedaan kepentingan diantara kedua pihak menyebabkan agen memberikan atau menahan informasi yang diminta principal bila menguntungkan bagi dirinya, walaupun sudah menjadi kewajiban bagi agen untuk memberikannya. Maka sebaliknya, ada kerugian yang didapat bila agen memberikan atau menahan informasi yang diminta principal.

Keuntungan Kerugian
- principal akan memberikan kepercayaan bila ternyata informasi yang diminta sesuai dengan yang diharapkan dan sesuai dengan penilaian principal yang terjadi dalam perusahaan, kepercayaan merupakan sebagian jaminan bagi agen untuk memperpanjang hubungan agensi dengan principal dimana dia memperoleh kompensasi keuangan
- bila permintaan tersebut tidak dalam jadwal pemberian informasi yang telah ditentukan sebelumnya, akan menyulitkan agen secara teknis
- permintaan yang relatif sering menyebabkan agen merasa dalam pengawasan sehingga agen menjadi kurang leluasa dalam bertindak dalam memajukan perusahaan atau merasa tidak diberikan kepercayaan penuh.

8. Rekomendasi yang dapat diberikan Burdett pada dewan direksi

Dalam rangka memotivasi para manajer dan pemegang saham agar berperilaku dalam sikap yang memajukan tujuan perusahaan, Burdett dapat memberikan rekomendasi kepada dewan direksi, yaitu :
- penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang jelas sehingga memotivasi agen bekerja dengan kepentingan terbaik principal.
- Principal memberikan pilihan rencana insentif jangka pendek dan jangka panjang dan agen diberikan keleluasan dengan batasan yang menguntungkan kepentingan para pemegang saham,





REFERENSI
Graham Mott, Accounting For Managers, Gramedia, Jakarta, 1994
Indriyo Gitosudarmo, H. Basri, Manajemen Keuangan, Edisi 4, Yogyakarta, 2002
Robert N Anthony, Vijay Govindarajan, Management Control System, Salemba Empat, 2003
James V. Horne, Financial Management and Policy, Edisi 12, 2002










MANAJEMEN KEUANGAN
Mc DERMOTT MANUFACTURING, INC.
STRUKTUR MODAL, HUBUNGAN AGENSI DAN UPAYA PENINGKATAN ARUS KAS BEBAS MELALUI PENINGKATAN HUTANG JANGKA PANJANG















Oleh :

Endah Lestari 03911048
Raden Eko Ismulyono 03911053
Ahmad Labib 03911057
Widi Kurniawan 03911061
Dedi Rahmanto 03911070




MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA 2005

McDermon Manufaktur Inc

Manajer adalah agen bagi para pemegang saham

Diskripsi bahwa manajer adalah agen bagi para pemegang saham atau dewan direksi adalah benar sesuai teori agensi. Robert N Anthoni dan Vijay Govindarajan mengatakan bahwa hubungan agensi terdapat kapan saja satu pihak sebagai principal sepakat memakai pihak lain (agen) untuk melaksanakan beberapa jasa dan dalam melakukannya principal membuat keputusan otoritas bagi agen. Di dalam perusahaan, pemegang saham adalah principal dan para manajer (CEO atau CFO) adalah agen mereka. Para pemegang saham mempekerjakan dan mengharap mereka akan bertindak atas kepentingan mereka selaku principal.

Perbedaan antara principal dan agen
Dalam hubungan tersebut antara principal dan agen mempunyai karasteristik perbedaan atau preferensi atas tujuan kerja dan resiko.
- perbedaan preferensi tujuan kerja
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.
- Preferensi resiko
Teori ini mengasumsikan bahwa manusia lebih menyukai pertambahan kekayaan dibandingkan kekurangan atau penurunan atas kekayaan yang diakumulasi atau dikelola. Agen secara khas mempunyai mengelola kekayaan keuangan atas modal yang dikelolanya dan kekayaan manusia. Kekayaan manusia berupa nilai manajer itu sendiri yang dipersepsikan pasar dimana dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Karena penurunan utilitas atas kekayaan dan sejumlah modal investasi principal, maka diasumsikan manajer menghindari resiko. Pada sisi lain, para pemegang saham berusaha mengurangi resiko dengan mendiversifikasikan kekayaan dan kepemilikan saham mereka di banyak perusahaan dalam nilai investasi yang mereka harapkan sehingga resiko menjadi netral. Karena tidak begitu mudahnya mendiversifikasikan resiko ini, maka mereka cenderung menolak resiko.

Hubungan agensi ini memotivasi setiap individu untuk memperoleh sasaran yang harmonis, dan menjaga kepentingan masing-masing antara agen dan principal. Hubungan keagenan ini merupakan hubungan timbal balik dalam mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing pihak yang secara eksplisit dan sadar memasukkan beberapa penekanan seperti:
- kebutuhan principal akan memberikan kepercayaan kepada manajer dengan imbalan atau kompensasi keuangan
- budaya organisasi yang berlaku dalam perusahaan
- faktor luar seperti karasteristik industri, pesaing, praktek kompensasi, pasar tenaga kerja, manajerial dan isu-isu legal
- strategi yang dijalankan perusahaan dalam memenangkan kompetisi global

Dengan hubungan tersebut, manajer benar-benar sebagai agen bagi para pemegang saham.

Masalah Utama dalam Hubungan Agensi

Terdapat tiga masalah utama dalam hubungan agensi, yaitu :
- kontrol pemegang saham kepada manajer
- biaya yang menyertai hubungan agensi
- menghindari dan meminimalisasi biaya agensi

Yang pertama adalah masalah kontrol atau pengendalian.
Masalah kontrol meliputi beberapa masalah pokok, yaitu : tindakan agen yang tidak dapat diamati oleh prinsipal dan mekanisme pengendalian itu sendiri.

- Tindakan agen yang tidak dapat diamati oleh principal
Dalam kaitannya dengan kompensasi dan syarat-syarat yang timbul dalam hubungan agensi, tidak menjadikan para principal mudah untuk memomitor tindakan para agen. Para pemegang saham tidak dalam posisi untuk memonitor aktivitas sehari-hari CEO untuk memastikan bahwa dia bekerja pada kepentingannya yang terbaik.
Prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang performa agen dan tidak pernah akan pasti dapat merasa bagaimana kontribusi upaya agen terhadap hasil actual perusahaan, kecuali agen memberikan informasi tambahan yang berupa informasi pribadi. Tanpa memonitornya, hanya agenlah yang mengetahui apakah dia bekerja atas kepentingan terbaik principal. Selain itu, jelas hanya agen yang mengetahui lebih banyak tentang tugasnya dibandingkan principal.

- mekanisme pengendalian
Adanya tindakan agen yang tidak diketahui secara pasti oleh principal tersebut memaksa principal melakukan pengendalian dengan mekanisme pengendalian agar kepentingan yang dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, yaitu melalui monitoring dan kontrak insentif.

Monitoring. Prinsipal dapat merancang system pengendalian yang menambah kemakmuran agen atas biaya kepentingan principal. Sebagai contoh : audit pihak ketiga atas laporan keuangan perusahaan sebelum diserahkan kepada pemegang saham. Untuk dapat melakukan monitoring dengan baik dan efektif, principal perlu mendefinisikan tugas-tugas agen sehingga menghasilkan informasi atau sinyal dalam proses monitoring yang akurat, terutama sekali terhadap penggunaan arus kas bebas oleh para manajer.

Kontrak insentif. Jika tugas tidak dapat didefinisikan dengan baik untuk memudahkan dalam memantau, kontrak insentif dapat dipergunakan sebagai alat control. Maka yang penting dilakukan pemegang saham sebagai principal adalah menentukan ukuran prestasi agar dapat mengakomodasi segala kepentingannya dengan sasaran yang sesuai dan jelas. Kontrak yang diberikan kepada agen harus dapat memonitor agen untuk bekerja atas kepentingan terbaik principal.

Mengidentifikasi sinyal yang berkorelasi dengan upaya agen dan nilai-nilai perusahaan menjadi suatu kebutuhan bagi para pemegang saham, sehingga mereka sendiri mendapatkan informasi yang tepat dan jelas dan berkorelasi dengan penggunaan arus kas bebas oleh agen atau manajer.

Yang kedua adalah biaya yang menyertai hubungan agensi
Adanya perbedaaan preferensi resiko dan tujuan kerja dari kedua pihak menyebabkan adanya biaya tambahan sebagai biaya agensi yang terdiri dari :
- biaya kompensasi insentif berupa bonus dalam bentuk opsi saham
- biaya monitoring
- kerugian residu yaitu penyesuaian-penyesuaian atas insentif kedua biaya diatas tetapi masih mendatangkan perbedaan preferensi atas resiko saham yang dipengaruhi oleh factor-faktor di luar agen.

Yang ketiga adalah tentang bagaimana menghindari dan meminimalisasi biaya agensi
Kunci untuk memotivasi orang berperilaku dalam sikap yang memajukan tujuan organisasi terletak pada cara insentif organisasi menghubungkannya dengan dengan tujuan individu (Robert Anthony dan Vijay G, 2003). Maka dalam hubungan agensi kembali kepada manusia itu sendiri dan mekanisme insentif yang diberlakukan. Hubungan personalitas antara kedua pihak tetap memegang peranan kunci bagi keberhasilan pencapaian tujuan masing-masing pihak. Perbedaan preferensi tentang resiko dari agen, motif nonfinancial, kepercayaan principal pada agen, kemampuan agen untuk penugasan kini dan prospek penugasan yang akan datang sangat mempengaruhi hubungan keagenan dan biaya agensi yang ditimbulkan.
Principal dalam posisinya mempunyai kepentingan untuk memperkecil biaya agensi yang timbul dan ini berlaku sebaliknya pada agen. Dalam upayanya tersebut ada 2 (dua) hal yang dapat dilakukan oleh principal untuk memperkecil biaya agensi karena tidak dapat dihilangkan sama sekali, yaitu :
- mencari manajer yang benar-benar dapat dipercaya, mengetahui secara jelas kapabilitas dan personalitas. Kunci kerjasama dalam hubungan agensi adalah kepercayaan yang didasarkan pada informasi yang benar tentang agen.
- Memperjelas kontrak insentif dengan skema kompensasi opsional sehingga memotivasi agen untuk bekerja sesuai kepentingan principal dengan penghargaan yang wajar terhadap principal.

Relevansi data
Walaupun data tahun 1994, tetapi pola penggunaan arus kas bebas oleh manajer melalui peningkatan hutang sangatlah relevan.

Arus kas bebas (atau arus kas netto, Grahamm Mott, 1994) sebelum pembelanjaan adalah arus kas masuk atau arus kas keluar netto sebelum ada pembelanjaan dalam bentuk proyek modal yang disetujui untuk didanai yang dipegaruhi oleh beberapa item sebagai berikut :
a. laba usaha sebelum bunga dan pajak
b. penyusutan yang ditambahkan kembali (karena bukan pengeluaran kas)
c. perubahan jmlah saham dari akhir periode yang lalu
d. perubahan jumlah piutang dari periode akhir sebelumnya
e. perubahan jumlah utang dari akhir periode yang lalu.
Keadaan dimana perusahaan mampu memenuhi pembelanjaannya sendiri dengan arus kas bebas, maka perusahaan dikatakan dalam keadaan self-sufficient.


Burdet berkeyakinan bahwa perusahaan dapat menambah arus kas bebas tersebut dengan cara meningkatkan jumlah hutang untuk memperoleh ROI yang lebih besar atau dengan kata lain memperbesar arus kas masuk dan mengurangi arus kas keluar perusahaan.

Perusahaan swasta umumnya memperoleh modal melalui 2 (dua) jalan, yaitu modal saham yang sangat beresiko (ekuitas) dan dari hutang. Hubungan antara hutang dan dana/modal pemegang saham disebut gearing. Tinggi rendahnya gearing tergantung prosentase hutang dengan modal saham. Ada 2 (dua) resiko akibat gearing, yaitu :
- resiko modal, yaitu resiko tidak terbayarnya pinjaman ketika jatuh tempo, sehingga harus lebih banyak lagi laba yang harus ditahan untuk membayar kembali pinjaman pada saat jatuh tempo tau membuka pinjaman baru atau melakukan emisi saham hak (right issue of share). Dalam keadaan normal hal ini dapat dilakukan, tetapi dalam keadaan resesi berat, tak ada satupun alternatif yang tersedia untuk membayar pinjaman kembali.
- Resiko kedua berhubungan dengan pembayaran bunga, karena laba yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan tidak dapat memadai untuk membayarnya.
Dikenal suatu jaminan bunga (interest cover) yaitu mengukur tingkat keamanan bagi pembayaran bunga. Semakin banyak laba yang tersedia untuk menutup biaya bunga, semakin rendah resiko kreditor dan penyedia modal lainnya.

Deviden pemegang saham, dari 2 (dua) resiko diatas, ada dalam hubungan terakhir untuk dibayarkan. Jika sebagian proporsi laba dihabiskan untuk membayar bunga, maka semakin kecil bagian laba yang tersedia bagi pemilik perusahaan.
Bank sangat menaruh perhatian terhadap rasio interest cover dan level gearing. Bila hal itu dilanggar maka bank akan melakukan negosiasi ulang atas pinjaman berkenaan atau minta segera dilunasi. Perusahaan dalam meningkatkan arus kas melalui pinjaman harus memperhatikan kedua rasio tersebut karena :
- bunga dapat menghindari pajak sedangkan deviden dikenai pajak
- jika perusahaan dapat menghasilkan laba yang lebih banyak dari penggunaan pinjaman modal yang melebihi biaya bunganya, surplus laba menjadi milik pemegang saham dan meningkatkan laba persaham dan ROE meningkat.
Maka meningkatkan arus kas bebas dan meningkatkan ROE pemilik saham melalui pinjaman atau hutang adalah baik dan sangat relevan sepanjang perusahaan dapat menghasilkan surplus laba yang lebih setelah pelunasan pinjaman dan bunga melalui kegiatan yang potensial menghasilkan laba.
Oleh karena itu, wajar jika dikatakan bahwa sedikit gearing adalah baik, akan tetapi terlalu banyak gearing dapat nerusak kesehatan perusahaan.

Kurva hasil “datar”
Kurva hasil “datar” adalah kurva yang menggambarkan upaya penambahan arus kas melalui pinjaman jangka panjang (12 – 18 bulan) dengan bunga pinjaman yang relatif sama atau stabil sekitar 7%-8% atau tidak mengalami fluktuasi yang berarti.

Utang yang jatuh tempo setelah satu tahun berasal dari 2 (dua) kelompok utama : pinjaman dan profisi.
- Pinjaman dengan tingkat bunga yang tetap merupakan sumber dana yang menarik bagi perusahaan termasuk bagi Mc Dermott Manufacturing Inc., karena biaya bunga tidak dikenakan pajak (tax relief) dan biayanya lebih kecil daripada sumber modal lainnya.
Maka jika pinjaman selalu dijaga agar relative tidak terlalu besar dari modal saham ditambah cadangan (low gearing) factor resiko menjadi berkurang. Hal ini menjadikan kurva MM relative datar karena kemampuan perusahaan mencari sumber dana pinjaman yang dibutuhkan. Bunga yang relative datar ini sangat mendukung iklim investasi dan bersaing perusahaan, sehingga menghasilkan arus kas yang diharapkan.

- Upaya lain untuk mengantisipasi resiko pinjaman adalah membuat provisi kerugian yang diperkirakan bakal terjadi atas kejadian-kejadian di masa yang akan datang, misalnya melalui program restrukturisasi.
Provisi dibentuk dengan membebankan estimasi biaya tersebut ke dalam perhitungan rugi laba. Di kemudian hari, biaya yang sesungguhnya terjadi dibebankan pada provisi dan setiap kelebihan pembebanan dimasukkan dalam perhitungan rugi laba. Seharusnya provisi ditetapkan melebihi biaya sesungguhnya yang terjadi, dengan demikian akan diperlukan penyesuaian-penyesuaian laba dalam laporan rugi laba yang akan datang.

Dari uraian di atas jelas bahwa kurva yang diharapkan sangat relevan dengan pemikiran Burdett.

Pelaksanaan teori agensi mengharuskan agen memberikan informasi yang rinci dan relevan atas pendanaan biaya modal perusahaan.
Kenyataannya, tak semudah itu principal memperolehnya atau agen memberikan. Perbedaan kepentingan diantara kedua pihak menyebabkan agen memberikan atau menahan informasi yang diminta principal bila menguntungkan bagi dirinya, walaupun sudah menjadi kewajiban bagi agen untuk memberikannya. Maka sebaliknya, ada kerugian yang didapat bila agen memberikan atau menahan informasi yang diminta principal.

Keuntungan Kerugian
- principal akan memberikan kepercayaan bila ternyata informasi yang diminta sesuai dengan yang diharapkan dan sesuai dengan penilaian principal yang terjadi dalam perusahaan, kepercayaan merupakan sebagian jaminan bagi agen untuk memperpanjang hubungan agensi dengan principal dimana dia memperoleh kompensasi keuangan
- - bila permintaan tersebut tidak dalam jadwal pemberian informasi yang telah ditentukan sebelumnya, akan menyulitkan agen secara teknis
- permintaan yang relatif sering menyebabkan agen merasa dalam pengawasan sehingga agen menjadi kurang leluasa dalam bertindak dalam memajukan perusahaan atau merasa tidak diberikan kepercayaan penuh.



Rekomendasi yang dapat diberikan Burdett pada dewan direksi
Dalam rangka memotivasi para manajer dan pemegang saham agar berperilaku dalam sikap yang memajukan tujuan perusahaan, Burdett dapat memberikan rekomendasi kepada dewan direksi, yaitu :
- penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang jelas sehingga memotivasi agen bekerja dengan kepentingan terbaik principal.
- Principal memberikan pilihan rencana insentif jangka pendek dan jangka panjang dan agen diberikan keleluasan dengan batasan yang menguntungkan kepentingan para pemegang saham,.

KASUS ETIKA ISLAM

KASUS ETIKA ISLAM
SOAL UNDIAN BERHADIAH : KEBIJAKAN MENSOS DINILAI NEKAD


ANALISIS KASUS DAN RUMUSAN KONSEP SILOGISME MORAL

Dalam “Soal Undian berhadiah : Kebijakan Mensos Dinilai Nekad” terdapat dua masalah utama, yaitu :

- Undian berhadiah di arena olah raga yang dilegalkan Mensos
Para praktisi olah raga menyatakan bahwa undian berhadiah di arena olah raga dilakukan dengan dalih prestasi olah raga tak akan maju tanpa didukung dana yang cukup.
Kebutuhan dana pembinaan olah raga nasional paling sedikit Rp. 100 milyar dalam satu tahun. Tetapi dana sebesar itu dibebankan kepada masyarakat dengan cara menjual mimpi.
Beberapa gagasan terdahulu dari Porkas, SDSB, Tapornas, Kusi Olah Rga, Damura, dan yang terakhir Undian Gratis Olah Raga Berhadiah (UGOB) yang diberikan izin oleh Menteri Sosial Bachtiar Chamzah.
Penjelasan Wakil Direktur Utama PT Metropolitas Magnum Indonesia (MMI) Andi Baso, penggagas undian ini, bahwa undian ini bersifat gratis, tujuannya untuk mempromosikan pertandingan olah raga. Kata gratis ini sengaja digarisbawahi untuk membedakan dengan SDSB atau Porkas yang dulu sempat menghebohkan masyarakat.
Undian ini tidaklah benar-benar gratis, sebab dilekatkan pada tiket penonton pertandingan olah raga. Jadi, penonton masih harus membeli tiket pertandingan untuk mendapatkan undian.
Tiket-tiket tersebut diberi nomor, lalu diundi pada saat pertandingan olah raga digelar. Hadiahnya berupa barang-barang elektronik. Hal ini, kata Baso, hanya daya tarik agar masyarakat senang menonton pertandingan dengan membeli tiket yang ada doorprizenya. Dengan cara ini dapat diperoleh pendapatan Rp. 3 milyar perminggu plus tambahan Rp 2 milyar dari sponsor. Jadi totalnya Rp. 5 milyar perminggu. Dikalikan dalam satu tahun dapat dipergunakan untuk membiayai pembinaan olah raga sebesar Rp. 100 milyar. Namun pendapatan ini masih harus dibagi-bagi dengan rincian : 40% untuk hadiah, 36% biaya penyelenggaraan, 10% biaya administrasi, 4% untuk tim yang bertanding, 5% untuk PT. MMI dan sisanya 5% untuk KONI Pusat (Hidayatullah, April 2004).

- Penilaian yang berbeda karena persepsi yang berbeda

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
MUI lewat salah satu ketuanya Amidhan, berpendapat undian gratis berhadiah ini masuk kategori judi, dengan alasan :
Pertama, terdapat unsure maisyir (untung-untungan) dalam program ini. Sebab hadiah yang diberikan kepada pembeli yang beruntungtidak terikat dengan prestasi atau kesungguhan berusaha. Tapi hanya karena kecocokan angka, huruf, atau karena factor kebetulan lainnya.
Kedua, mengandung unsur aghra (memberi iming-iming atau daya tarik luar biasa). Sebab, pembeli tiket walupun tidak menebak nomor, tetapi berharap mendapat untung. Bahkan, sekalipun tidak menonton pertandingan, pembeli tetap berharap mendapat hadiah. Maka ini menjadi daya tariknya, bukan pertandingan itu sendiri.

Pendapat Menteri Sosial
Bachtiar Chamzah memberi izin undian pada tanggal 16 Desember 2003 dengan alasan undian ini tidak sama dengan lotre, tidak ada unsur menebak angka atau hasil pertandingan dan hadiahnya pun tidak berujud uang tetapi barang-barang elektronik.

Silogisme moral terhadap masalah diatas sebagai berikut.

Pernyataan Fakta Standar Moral Pertimbangan Moral
Undian berhadiah di arena olah raga Menteri Sosial ingin menghimpun dana untuk kepentingan olah raga Memberi izin penyelenggaraan undian berhadiah
Undian berhadiah di arena olah raga Istadjib AS berpendapat bahwa undian berhadaih tersebut mengandung unsur judi, karena para pembeli tiket memiliki tujuan untuk mendapatkan hadiah Mensos harus mencabut izin penyelenggaraan undian berhadiah tersebut.
Undian berhadiah di arena olah raga Zuber Syafawi berpendapat undian berhadiah tersebut akan menimbulkan ekses negatif di kalangan masyarakat Mensos harus membatalkan kebijakan tersebut


PEMERINTAH YANG BERPERAN SEBAGAI REGULATOR DAPAT MENETAPKAN NORMATIF LEGAL YANG BERTENTANGAN DENGAN NORMATIF MORAL YANG DIPRESENTASIKAN OLEH FATWA MUI.

Adanya dualistik kemasan nilai

Pada mulanya segala hal dalam masyarakat diputuskan dengan standar moral yang diterima masyarakat, kelompok atau perorangan. Norma moral ini merupakan hukum tak tertulis, namun karena mangandung nilai-nilai yang baik dan yang buruk, norma ini manjadi hukum tak tertulis dalam hati anggota masyarakat sehingga mengikat masyarakat dari dalam dirinya sendiri. Normatif moral ini, dalam masyarakat Indonesia khususnya masyarakat melayu, banyak dipengaruhi oleh norma-norma dan ajaran Islam sebagai suatu hal yang diterima masyarakat yang dijadikan salah satu standar moral disamping aturan adat dan keduanya menjadi nilai yang berorientasi pada masyarakat dengan filosofi keadilan. Maka dalam dinamikanya, corak Islam mewarnai normatif moral rakyat Indonesia.

Dalam pembentukan negara, secara langsung kelompok-kelompok masyarakat tersebut tergabung dalam satu wadah negara. Pemerintah yang merupakan representasi dari bagian kelompok-kelompok tersebut. Terdapat suatu kebutuhan atau tuntutan keberlakuan norma yang berkembang dalam masyarakat secara tegas demi keselamatan dan kesejahteraan kehidupan manusia dalam masyarakat. Wujud dari tuntutan itu adalah normatif hukum yang sifatnya lebih tegas dan pasti, serta ada sanksi hukumannya bila melanggar norma hukum dan dikodifikasikan dalam bentuk aturan tertulis. Pelaksanaan norma hukum dapat dipaksakan. Dari sudut pandang hukum maka hukum menuntut perbuatan manusia dilakukan secara lahiriah. Artinya, hukum tidak menghiraukan sikap batin manusia, sejauh sikap batin itu tidak menghalangi perbuatan menghalangi perbuatan lahiriah dalam pelaksanaan hukum. Sifat dan karasteristik ini sangat mempengaruhi materi hukum yang dituliskan dalam suatu produk hukum.

Pada awalnya berdirinya negara, para pemimpin Negara berusaha menetapkan suatu normatif legal sesuai dengan normatif moral yang berkembang dalam masyarakat. Hal ini nampak sekali dalam Pembukaan UUD 45, teks Pancasila (asli), atau dalamteks proklamasi (asli), yang mewakili normatif moral dalam normatif legal pada bangsa Indonesia yang mayoritas Islam.

Perkembangan selanjutnya, pemerintah dalam memposisikan dirinya sebagai regulator tidak menetapkan normatif legal pada normatif moral yang berkembang dalam masyarakat. Sifat hukum yang tidak menghiraukan sikap batin manusia menjadi titik awal pergeseran antara titik moral dan hukum. Terdapat banyak kepentingan dalam perumusan normatif hukum, karena sesungguhnya pemerintah merupakan suatu badan yang bertujuan mengakomodasi berbagai kepentingan. Maka agar berbagai kepentingan dapat diterima oleh semua masyarakat harus diatur dalam suatu peraturan yang mengikat sesuai kepentingan-kepentingan yang terdapat dalam masyarakat.
Ternyata dalam perkembangannya, peraturan hukum ini semakin jauh dengan normatif moral yang berkembang dalam masyarakat.

Beberapa orang Islam sendiri pun berusaha memisahkan moral dan ajaran agama dengan argumen yang “meyakinkan” demi melaksanakan kepentingan bisnisnya. Pengusaha Fanny Habibie yang jelas seorang muslim memiliki peternakan babi; Gubernur Sutiyoso berusaha memberikan ide tempat perjudian khusus di Kepulauan Seribu demi pendapatan daerah; atau Bachtiar Chamzah yang melegalkan judi di arena olah raga.

Pada tingkat yang lebih rendah, berbagai peraturan yang memberikan ijin pada pendirian tempat-tempat hiburan, diskotik, prostitusi atau perjudian tanpa memikirkan efek samping yang bakal terjadi pada masyarakat sekitarnya, seolah-olah peraturan tersebut dibuat untuk melegalkan sesuatu yang bertentangan dengan normatif moral, sehingga peraturan tersebut kehilangan ruhnya dalam fungsinya sebagai pengatur kehidupan masyarakat.

Belum lagi gencarnya perijinan penerbitan surat kabar yang sangat longgar akan normatif moral, sehingga di tiap-tiap pinggir jalan di Indonesia, majalah-majalah porno adalah hal yang biasa tampak dan dapat dinikmati oleh siapapun, tak terkecuali anak-anak di bawah umur. Tidak ada kata yang lebih tepat antara segelintir orang yang melanggar normatif moral tersebut dengan para pembuat peraturan, kecuali alasan klise kebebasan pers, demi suatu kepentingan yang sudah jamak (baca : uang). Nampaknya hal ini sangat tendensius, tetapi kenyataan yang terjadi adalah demikian.

Berbagai kasus korupsi, para pelakunya dapat bebas dengan mudah karena aturan yang banyak memiliki celah untuk lolos sehingga peraturan tentang pemberantasan korupsi tersebut tidak memiliki ruh moral.

Maka yang terjadi, aturan yang seharusnya menjadi pengatur, pelindung dan pengayom semua lapisan masyarakat, hanya menjadi “pengatur, pelindung, pengayom” bagi kelompok masyarakat yang berniat menjauhkan diri dari normatif moral dan menekan sebagian masyarakat yang lain.

Terjadilah dua benturan, yaitu : antara masyarakat dengan masyarakat dan masyarakat dengan pemerintah. Masyarakat yang sadar akan normatif moral, tidak dapat menegakkannya karena hukum tidak dapat mengakomodasi dampak buruk akibat perijinan tersebut dan tetapi peraturan itu malah melindungi para pelaku kejahatan dan maksiat yang berperilaku buruk.
Masyarakat yang sudah tidak sabar dengan dampak buruk yang terjadi berusaha menegakkan kembali dengan tangan dan caranya sendiri yang seharusnya dilakukan polisi. Tetapi yang terjadi, bukan saja harus berhadapan dengan para pelaku maksiat dan kejahatan tetapi juga dengan polisi yang melindungi dan membekingi tempat-tempat kejahatan dan maksiat karena polisi terikat kontrak dengan pemilik tempat-tempat kejahatan tersebut.
Maka peraturan yang posisinya sebagai pengatur, pelindung dan pengayom adalah kata-kata kosong yang kehilangan ruhnya. Kisah heroik para penegak moral semisal FPI harus menjalani hukuman karena dianggap merusak tempat-tempat maksiat, tetapi para pelaku maksiat yang merusak moral masyarakat bebas melenggang. Inilah bukti nyata kekalahan normatif moral dengan normatif hukum.

Ketidakpercayaan masyarakat pada hukum dan polisi merupakan efek dari dualistik antara kemasan moral dengan kemasan hukum.

Melegalkan kepentingan bisnis pihak-pihak tertentu

Kembali soal undian berhadiah yang dilegalkan, Bachtiar Chamzah selaku Menteri Sosial sebagai orang yang dipercaya untuk menegakkan moral bangsa, terperosok dalam pemikiran yang menyimpang untuk meminggirkan normatif moral yang dipresentasikan oleh fatwa MUI demi kepentingan segelintir orang. Pengesahan ini menimbulkan berbagai efek buruk yang berantai. Jadilah kita sebagai warga negara yang diajari oleh pemerintahnya untuk berperilaku buruk karena pemisahan moral dengan hukum.
Pertanyaan mengapa pemerintah yang berperan sebagai regulator dapat menetapkan normative legal yang bertentangan dengan normatif moral yang dipresentasikan oleh fatwa MUI, adalah semata-mata karena pemerintah yang terdiri dari para pembuat keputusan terlibat suatu kepentingan dari oknum yang ingin melegalkan perbuatan buruk dan maksiat. Mereka menjadi tidak memikirkan akibat dari keputusan itu, kecuali kepentingan itu sendiri. Sehingga mereka tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menghentikan perilaku buruk akibat keputusan yang dibuat tersebut.

Menutup uraian ini, dapat disimpulkan bahwa dualistik antara kemasan nilai-nilai moral dengan kemasan hukum, ternyata sama sekali tidak membawa kebaikan melainkan benturan antar masayarakat dan pemerintah, dan ini secepatnya harus diakhiri.


PERANAN PEMERINTAH DALAM PRAKTIK REGULASI, KELEMAHAN-KELEMAHAN NORMATIF LEGAL DALAM PENGATURAN BISNIS, DAN SOLUSI TERHADAP KELEMAHAN TERSEBUT.


TIGA ASPEK DALAM PRAKTEK REGULASI

Peranan pemerintah dalam praktek regulasi dapat dianalisa setidaknya dari tiga aspek, yaitu :
1. aspek perencana deregulasi
2. aspek objek deregulasi
3. aspek waktu pemerintahan

Aspek perencana deregulasi. Yang dimaksudkan disini adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam penyusunan peraturan hukum, dimana mereka sangat menentukan isi, sifat dan karasteristik dari produk hukum yang dihasilkan. Maka, faktor-faktor seperti : keyakinan agama, kapasitas dan kapabilitas, pendidikan, keterikatan dalam hubungan partai, lingkungan kerja, bisnis, organisasi atau perkumpulan bahkan pertemanan atau pergaulan sangat menentukan kualitas produk hukum yang dihasilkan. Mereka adalah orang-orang yang duduk dalam pemerintah dan legislatif.
Distribusi anggota DPR/DPRD hingga pemilu 2004 masih didominasi oleh partai Golkar dan PDI hampir di seluruh Indonesia. Distribusi ini sangat mempengaruhi produk hukum yang mereka buat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa mereka yang berasal dari PDI dalam prosentase tertentu adalah orang-orang dengan tingkat pendidikan rendah, di bawah SMA, sehingga wawasan yang dimilikipun relatif rendah. Lain halnya dengan mereka yang berasal dari Partai Golkar yang dari segi pendidikan dan wawasan relatif lebih tinggi. Ini pun tidak menjamin produk hukum yang dihasilkan akan menjangkau urusan moral yang ada dalam masyarakat. Secara historis mereka cenderung terbiasa melakukan KKN dalam segala bidang, termasuk dalam bidang hukum.

Pemilu 2004 ini juga diisi oleh orang-orang yang dianggap mempunyai komitmen tinggi, seperti mereka yang berasal dari PKS, PKB atau PAN, yang secara kepartaian mereka sudah disumpah untuk berjalan lurus sesuai amanat rakyat dan partai. Namun ini pun belum akan menjamin, karena mereka relative belum teruji dalam jalannya pemerintahan maupun legisatif. Dan kita kan menunggu kiprah mereka dalam pemerintahan selanjutnya.

Aspek objek deregulasi adalah hal pokok yang diatur dalam produk hukum yang dihasilkan. Untuk kepentingan analisa ini, penulis membagi objek yang diatur dalam deregulasi tersebut dalam 2 (dua) kepentingan :

- kepentingan kecil / umum
Kepentingan kecil atau umum dinyatakan sebagai hal yang menyangkut kepentingan rakyat kecil, seperti : pasar, ruang untuk berusaha atau lahan tempat tinggal.
Produk hukum yang dihasilkan atas kepentingan ini cenderung mengalahkan hal-hal seperti : kesempatan berusaha bagi rakyat kecil, kesempatan untuk mengusahakan dan menjamin kehidupan rakyat, atau kesempatan mendapatkan tempat tinggal. Maka yang sering terjadi adalah kasus pengusiran, penggusuran dan pembongkaran atas nama kenyamanan, keindahan dan hukum; dan melupakan pertanyaan seperti : apa penyebab terjadinya penggusuran tersebut, apakah orang yang menempati tanah dan tinggal bertahun-tahun di atasnya adalah tanah milik negara atau milik personal, PKL atau nagkringan di lahan siapa dia berada, apa efek buruk dari tindakan tersebut.
Maka produk hukum yang dihasilkan adalah cacat dalam arti tidak memberikan penyelesaian adil dan diterima rakyat.

- Kepentingan besar / khusus
Kepentingan ini menyangkut kepentingan modal dan kewenangan yang lebih besar, dan cenderung memberikan imbalan materi dari perijinan atau legalitas kepentingan tersebut, seperti : perijinan tempat-tempat hiburan, pengusahaan hutan, pertambangan, pembangunan jalan tol, atau pembangunan jaringan.
Terhadap kepentingan ini, para pembuat keputusan sangat respek tentu dengan dalih yang sangat idealis dalam memberikan legalitas hukum.
Maka saat efek buruk dari perijinan mulai timbul dan merugikan masyarakat, mereka terkesan tidak dapat berbuat banyak untuk mencegahnya, bahkan berusaha melapisinya dengan legalitas lain untuk melindungi dirinya dari tuntutan masyarakat, tanpa sedikitpun merasa bersalah.

Dari kedua objek deregulasi tersebut nampak adanya dualisme dalam menetapkan suatu legalitas semata karena suatu kepentingan yang hasilnya mengokohkan sifat hukum itu sendiri yaitu mengabaikan sikap batin dan moral yang dimiliki masyarakat.

Aspek waktu pemerintahan. Aspek ini menyangkut kurun dimana para pengambil keputusan berada dalam suatu era pemerintahan dengan sistem kerja pemerintahan yang sangat dipengaruhi oleh penguasa era tersebut.
Pemerintahan orde baru mempunyai kecenderungan untuk mengokohkan kekuasaan dan kekayaan pribadi. Maka, system kerja yang dibangun dilakukan untuk menunjang kedua hal tersebut. Sehingga, orang-orang baik sekalipun tidak cenderung hanya ikut arus, dan tidak dapat merubah supaya system kerja yang dilakukan menjadi baik.


BERBAGAI KELEMAHAN

Ketiga aspek diatas kiranya cukup menggambarkan bagaimana pemerintah sebagai suatu lembaga harus dapat mengambil keputusan yang terbaik dalam deregulasi, dan kenyataannya, berjalan diatas landasan hukum dan moral adalah satu hal yang sangat sulit dilakukan pemerintah. Distulah letak kelemahan pemerintah.
Maka kelemahan-kelemahan deregulasi / pengaturan bisnis dalam segala bidang pemerintahan, termasuk bisnis undian berhadiah, adalah :
1. Kelemahan prinsip yaitu produk hukum yang dihasilkan tidak menghiraukan nilai moral yang berkembang dalam masyarakat dalam penyusunannya dan tidak mengakomodasi secara menyeluruh efek samping kerusakan moral yang bakal terjadi.
2. Kelemahan materi yaitu produk hukum yang dihasilkan masih terdapat celah yang dapat dipergunakan untuk lolos dari jeratan hukum, dan tidak memberikan efek jera pada penyimpangan pada pelaksanaan perijinan yang diberikan.
3. Kelemahan perencana/penyusun/pembuat keputusan yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam penyusunan peraturan hukum, dimana mereka sangat menentukan isi, sifat dan karasteristik dari produk hukum yang dihasilkan. Kelemahan ini seperti diuraikan dalam ketiga aspek diatas sangat mempengaruhi produk hukum yang dihasilkan.
4. Kelemahan kelembagaan yaitu kurangnya kesamaan persepsi dan koordinasi, baik antar polres, maupun antara polres dengan polda dalam menangani masalah yang timbul.
5. Kelemahan dalam pelaksanaan yaitu dalam pelaksanaan di tengah masyarakat, masih banyak dijumpai para penegak hukum terlibat langsung dalam kejahatan, atau melindungi dan membekingi tempat-tempat kejahatan. Kelemahan ini terutama disebabkan kurangnya penghargaan dari pemerintah dalam hal gaji yang kurang memadai, sehingga mereka cenderung berbuat demikian untuk memperoleh penghasilan di luar. Selain itu, penegakan hukum ini secara langsung polisi berada dalam posisi yang dilematis harus berhadapan dengan orang-orang yang notabene adalah saudara atau orang-orang yang sudah mereka kenal dengan baik.
6. Kelemahan dilematis. Penerapan hukum harus berhadapan dengan masalah utama, yaitu lapangan pekerjaan, terutama dalam hal pemberantasan perjudian. Pada kasus ini, data di kota Semarang menunjukkan terdapat 5000 pengecer togel yang terhimpun dalam organisasinya. Dalam sehari minimal seorang pengecer togel mampu mendapatkan fee 30 hingga 40 ribu rupiah. Jika dikalikan 5000 orang, berarti mereka mampu mendapatkan dana 150 -200 juta rupiah semalam. Kalau pekerjaan mereka ditutup apakah pemerintah mampu memberikan mereka penghasilan yang serupa dengan itu dalam semalam.


SOLUSI-SOLUSI

Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, solusi yang tepat untuk mengatasinya, menurut penulis, dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu :
1. Solusi dalam penyusunan produk hukum dan sikap tegas pemerintah
2. Solusi dalam pelaksanaan di tengah masyarakat
3. Solusi untuk mengatasi implikasi akibat pemberian ijin yang menyimpang


Solusi dalam penyusunan produk hukum dan sikap tegas pemerintah

a. Disamping norma hukum sebagai landasan penyelenggaraan pemerintahan, diperlukan norma moral, yang secara materi aturan-aturan moral tersebut harus pula tercakup dalam pasal-pasal hukum tersebut. Alasannya adalah hukum secara keseluruhan yang berlaku positif adalah produk manusia itu sendiri. Dan sesuai dengan sifat hakiki manusia yang tidak sempurna dantidak lepas dari perbuatan salah, maka hukum sebagai produk manusia tidak pernah lengkap dan sempurna. Norma moral sebagai tolok ukur menentukan betul salahnya perbuatan manusia dilihat dari segi baik buruknya manusia. Dalam norma moral perbuatan manusia dinilai bukan hanya dari segi apa yang biasa dilakukan orang atau sekelompok orang tetapi juga mengenai apa yang menjadi pendirian dan pemikiran seseorang mengenai apa yang baik, dan apa yang tidak baik, apa yang patut dan apa yang yang tidak patut dilakukan seseorang. Oleh karena itu baik normative hukum maupun normative moral harus saling melengkapi dan merupakan landasan yang tepat digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
b. Pemerintah itu sendiri harus tunduk kepada aturan hukum yang berlaku. Ini berarti bahwa setiap penyelenggaraan Negara harus memberikan teladan yang baik dalam mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepatuhan terhadap aturan permainan yang ditetapkan oleh pemerintah akan menjamin kepastian hukum dan hanya dengan adanya kepastian hukum dapat dijamin penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
c. Pemerintah harus berfungsi sebagai wasit dan penjaga aturan hukum yang ada agar kepentingan bersama seluruh anggota masyarakat dapat terjamin. Ini berarti bahwa pemerintah harus bertindak adil dan netral, memperlakukan semua orang secara sama dihadapan hukum dan berdasarkan hukum yang berlaku.
d. Memperbaiki peraturan-peraturan sehingga lebih komprehensif memasukkan unsur-unsur moral ke dalam aturan hukum, dan memperberat sanksi hukum yang dikenai.
e. Setiap daerah segera merealisasikan peraturan daerah judi.

Solusi dalam pelaksanaan di tengah masyarakat

a. Komitmen dari para kapolda hingga aparat paling bawah untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari penyakit masyarakat. Ketegasan aparat kepolisian ini hendaknya benar-benar tegas, sehingga implementasinya benar-benar efektif dan mampu menjerakan para pelaku.
b. Menghentikan kegiatan polisi melindungi dan membekengi tempat-tempat perjudian dan tempat-tempat maksiat. Para penegak hukum sekarang ini menjadi bagian dari permasalahan itu sendiri, sehingga mereka sulit untuk bisa menyelesaikan masalah dan berbagai demoralisasi yang terjadi di masyarakat. Hal ini harus ditunjang dengan pemberian gaji yang memadai dan penghargaan, serta hukuman yang tegas disertai pembelaan hukum terhadap para penegak hukum itu sendiri.

Solusi untuk mangatasi implikasi akibat pemberian ijin yang menyimpang

Beberapa solusi yang dapat diberikan dalam masalah diatas adalah :
a. mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi sehingga ada usaha ekonomi
Contoh : Jawa Tengah akan melaksanakan pembangunan jalan tol Semarang-Surakarta tahun 2005 mendatang. Melalui usaha ini, akan dibutuhkan tenaga kerja yang diharapkan ada yang bekerja di bidang tersebut.

b. Membangun semangat kewirausahaan pada diri masing-masing sambil menunggu berkembangnya kesempatan kerja, diharapkan mereka dapat mengembangkan kegiatan yang lebih produktif.
c. mengontrol pemberitaan
Pemberitaan dalam surat kabar atau televisi lebih memberikan pengaruh buruk daripada pengaruh baik. Pengaruh buruk ini ditunjang dengan pengaturan bisnis yang cenderung mangabaikan norma moral, sehingga secara langsung mendidik dan memberi contoh kepada masyarakat untuk melakukan tindak kejahatan.
Maka bagi pemerintahselain memperkuat nilai-nilai pemberitaan juga memperketat materi pemberitaan.



BAGAIMANA KASUS ITU DAPAT DIJELASKAN DENGAN KONSEP ETIKA BISNIS ISLAM.

Dalam “Konsep Bisnis Dalam Al-Qur’an” Dr. Mustaq Ahmad, hal. 53 dikatakan bahwa manusia harus bekerja bukan hanya untuk meraih sukses di dunia namun juga di akherat, yang dengan bekerja itu membawa pengaruh yang besar pada diri seseorang, baik efek positif maupun efek negatif.

Suatu kegiatan bisnis sudah barang tentu menginginkan hasil yang baik atau keuntungan, yang diharapkan berlaku sepanjang masa, dan tidak mengharapkan kebangkrutan atau kerugian. Atau dengan suatu skala perhitungan bahwa adanya keuntungan-keuntungan yang didapat dalam bisnis harus dapat mengganti atau melampaui setiap kerugian yang diderita. Demikian inilah hidup diibaratkan.

Maka yang membedakan bisnis satu dengan yang lainnya adalah perilaku-perilaku dalam bisnis. Beberapa penilaian manusia , dengan akalnya, menentukan sah tidaknya perilaku bisnis. Padahal Allah SWT melalui lidah Rasul-Nya telah menetapkan dalam Al-Qur’an ukuran perilaku bisnis yang sejatinya menguntungkan bagi pelaku bisnis, baik di dunia maupun di akherat, dan mandapat jaminan keridloan Allah SWT.

Beberapa klarifikasi prinsip-prinsip dan petunjuk Allah SWT dalam Al-Qur’an yang menyangkut perilaku bisnis yang sah adalah :

a. Kebebasan dalam usaha ekonomi
- Al-Qur’an memberikan kemerdekaan penuh untuk melakukan transaksi dengan batas-batas yang ditentukan syariah
- Legalitas dagang yang merupakan pengakuan dan penegasan atas hak eksklusif seseorang untuk mengambil keputusan yang penting yang berhubungan dengan penggunaan harta bendanya.
- Adanya persetujuan yang saling menguntungkan. Kesepakatan ini memberi manfaat : menghindari semua bentuk paksaan, membebaskan dari penipuan, dan bersih dari kedustaan.

b. adanya keadilan/persamaan, yaitu :
- janji, kesepakatan dan kontrak hendaknya dipenuhi
- jujur dan transparan dalam hal timbangan, ukuran, spesifikasi, kadaluwarsa, dan informasi lainnya.
- Pembayaran dilakukan seperti yang telah diperjanjikan sesuai waktu dan jumlah
- Jujur, tulus hati dan benar yang akan menutup ruang penipuan dan kebohongan.
- Efisiensi, kompetensi dan profesional yang akan menghasilkan peningkatan kualitas

Perjudian dalam berbagai bentuknya, dari sisi aqidah tidak memberikan keuntungan dunia maupun akherat, dimana keuntungan yang didapat tidak dapat menggantikan kerugian yang akan didapat kemudian. Maka, perjudian nyata-nyata bertentangan dengan etika bisnis Islam, yaitu :

A. Pentingnya kerja

1. Islam mewajibkan manusia untuk bekerja. Pentingnya kerja karena merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan diri, dan mengangkat kerja kedalam level kewajiban religius yang digandengkan dengan iman. Perjudian sebagai pekerjaan mimpi yang cenderung melakukan kemalasan dan berpangku tangan sehingga tidak produktif sangat bertentangan dengan kewajiban dan pentingnya bekerja. Maka Islam sangat mencela berbagai bentuk perjudian.
2. Kerja merupakan satu-satunya penentu status manusia. Kerja adalah sumber nilai yang riil. Jika seseorang tidak memiliki kerja maka dia tidak akan berguna dan tidak memiliki nilai. Dalam Al-Qur’an kerja dan amal adalah hal yang menentukan posisi dan status seseorang dalam kehidupan (Al-Ahqof:19). Sedangkan judi yang hanya berangan-angan mendapatkan uang tanpa kerja produktif, menjadikan manusia tidak memiliki nilai, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah.

B. Judi merupakan salah satu bisnis yang dilarang dalam Islam

Dr. Mustaq Ahmad mengatakan dalam bukunya “Etika Bisnis Dalam Islam”, bahwa Allah membangun konsep halal dan haram dengan penegasan bahwa bisnis dihalalkan dan riba diharamkan. Dengan batasan tersebut maka segala bentuk praktek-praktek jahat dan kecurangan dengan transaksi harta benda dan kekayaan dilarang.
Dilanjutkan dalam uraiannya, bahwa bukan saja mengharuskan tujuan yang mesti benar, tetapi sarana untuk mencapai tujuan tersebut juga harus baik. Prinsip ini diikuti dengan perilaku yang diperkenankan di halalkan dalam mendapat penghasilan.
Bisnis yang tidak dibenarkan dalam Islam adalah bisnis yang tidak diperkenankan atau tidak dihalalkan. Perjudian adalah bisnis yang identik dengan mimpi-mimpi yang indah bagi pelakunya tentang nasib dan keberuntungan.
Secara umum, judi merupakan salah satu bentuk transaksi yang menimbulkan kesulitan dan masalah yang semata-mata didasarkan pada kans dan spekulasi. Dimana hak-hak semua pihak yang terlibat dalam bisnis itu tidak dijelaskan dengan seksama, yang akibatnya memungkinkan sebagian dari pihak yang terlibat bisa menarik keuntungan namun dengan merugikan pihak lain. Adanya pihak yang dirugikan ini sangat memungkinkan terjadi berbagai pertentangan, perkelahian atau hal-hal yang tidak membawa manfaat sebagai efek samping perbuatan judi. Maka judi merupakan bisnis yang didalamnya mengandung cara konsumsi yang tidak halal, atau melanggar dan merampas hak dan kekayaan orang lain.





















Kepustakaan
- Dr. Mustaq Ahmad “Etika Bisnis Dalam Islam”
- Herman Matondang dan Bachrun Siregar “Etika Birokrasi”
- Hidayatullah, Edisi April 2004 Shapar 1425
- Republika tanggal 7 Agustus 2004
- Jawa Pos tanggal 18 Mei 2004

TRANSFER PRICING

METODE DAN STRATEGI PENENTUAN HARGA TRANSFER
(TRANSFER PRICING)


PENDAHULUAN

Pemikiran organisasi modern berorientasi kepada desentralisasi. Salah satunya tantangan utama dalam mengoperasikan sistem yang terdesentralisasi adalah merancang suatu motode akuntansi yang memuaskan untuk tranfer barang dan jasa dari pusat laba yang satu ke yang lain dalam perusahaan yang meiliki jumlah cukup signifikan atas transaksi jenis ini . Atas dasar pemikiran ini, banyak perusahaan menerapkan transfer pricing baik transfer secara internal (transfer price decision) maupun tranfer harga yang melibatkan pihak eksternal (sourcing decision).
Tulisan ini membahas bagaimana gambaran atas pelaksanaan transfer harga dengan analisis terhadap perlakuan biaya di akhir tulisan.

SASARAN PENETUAN HARGA TRANSFER
Pada perusahaan yang menerapkan beberapa pusat laba dalam satu tanggung jawab bersama atas pengembangan, pembuatan, dan pemasaran suatu produk, masing-masing divisi sebagai pusat laba harus berbagi pendapatan yang dihasilkan ketika produk tersebut terjual.
Harga transfer merupakan mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan ini. Maka harga transfer harus dirancang sedemikian rupa supaya dapat mencapai beberapa sasaran, antara lain :
- memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan penyesuaian yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan
- dan mengukur kinerja ekonomi dari tiap unit usaha
- menghasilkan keputusan yang bertujuan sama, yaitu sistem yang dirancang agar keputusan yang meningkatkan laba unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan

PRINSIP DASAR
Prinsip dasar harga transfer adalah bahwa harga transfer harus sama dengan harga yang dipatok sendiri seandainya produk tersebut terjual kepada konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Bagi sebagian perusahaan secara internal terjadi pertentangan dalam menentukan harga penjualan untuk pihak luar. Pandangan ekonom klasik menyatakan bahwa harga penjulan harus sama dengan biaya marginal atau beberapa praktisi menyarankan harga transfer yang berdasarkan biaya marginal.
SITUASI IDEAL
Harga transfer yang berdasarkan harga pasar akan menghasilkan kesamaan tujuan jika memenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut :
- manajer dan staf yang terlibat dalam negosiasi harga transfer harus kompeten
- menjadikan profitabilitas, yang diukur dari laporan laba rugi, sebagai tujuan yang penting dari suatu pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja
- harga transfer idealnya harus berdasarkan harga pasar normal dan wajar dari produk identik yang ditransfer, maksudnya, harga pasar yang mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman, dan kualitas) dengan produk yang diberi harga transfer
- kebebasan memperoleh sumber daya. Alternatif dalam memperoleh sumber daya harus ada, dan para manajer diberi wewenang untuk memilih mana yang paling baik untuk mereka. Manajer pembelian harus bebas membeli dari pihak luar, dan manajer penjualan bebas menjual kepada pihak luar. Dalam keadaan seperti ini, kebijakan harga transfer tersebut akan memberikan hak kepada setiap manajer pada setiap divisi (pusat laba) untuk berurusan dengan pihak dalam atau luar perusahaan sesuai dengan penilaian mereka masing-masing. Kemudan pasar akan membentuk harga transfer. Keputusan berurusan dengan pihak dalam atau luar juga dibuat oleh pasar.
- Informasi penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, biaya dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternatif tersebut.
- Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar dalam melakukan negosiasi atas kontrak di antara unit-unit usaha.


PERILAKU BIAYA PADA TRANSFER HARGA DALAM KONDISI IDEAL

Antar divisi pusat laba dalam satu perusahaan
Kalau perusahaan mempunyai dua divisi maka MCf perusahaan adalah penjumlahan dari MC kedua divisi. Dalam gambar di bawah ini penjumlahan dari dua kurva MC ditunjukkan oleh kurva MCf, dan perusahaan mencapai keuntungan maksimum pada harga P* dan output Q*, baik yang didapat A maupun divisi B.
Harga transfer yng optimal adalah PT yang sama dengan MC divisi A (MCa)dan sama dengan MRa pada output Q*, sehingga pada tingkat harga tersebut divisi A akan mendapatkan laba maksimum.
Dipandang dari divisi B besarnya Net Marginal Revenue (NMR) dari penjualan produk intermediate sama dengan marginal revenue pasar (MRf) dikurangi marginal cost B (MCb) atau NMR=MRf-MCb. Pada output Q*, maka NMR=Mca, karena MRf=MCf pada tingkat output Q*, sehingga MRf-MCb=MCf-MCb=Mca. Pada kondisii NMR divisi B sama dengan MCa, produk intermediate yang dibeli dari divisi A adalah sama dengan harga transfer. Sehingga divisi B memaksimumkan keuntungannya dengan menetapkan harga P* dan output pada tingkat Q*. Tingkat harga dan output ini akan memberikan keuntungan yang maksimum pada perusahaan.


Antar divisi pusat laba dengan lain perusahaan (eksternal market dalam persaingan sempurna)


Dalam contoh diatas produk yang dihasil divisi A ternyata juga dihasilkan oleh banyak perusahaan lain, dimana divisi B dapat membelinya untuk dijual kembali. Oleh kaena itu harga transfer produk intermediate ditentukan oleh permintaan dan penawaran diekternal market (harga pasar kompetitif atau market-based price) sehingga harga transfer harus sama dengan harga pasar.
Apabila harga transfer ditetapkan lebih mahal dibandingkan dengan harga pasar, maka ivisi B lebih suka membeli dari eksternal market dibandingkan dari divisi A. Sebaliknya apabila harga transfer ditetapkan lebih rendah daripada harga eksternal market., divis A lebih suka menjual outputnya di pasar ekternal market daripada kepada divisi B. Jadi nampak sekali adanya kebebasan yang diberikan perusahaan kepada para manajer divisi untuk membeli atau menjual.
Jika harga transfer sama dengan harga eksternal market, maka divisi A akan memproduksi lebih besar dari yang akan dibeli divisi B, dan sisanya dijual di pasar luar, dan sebaliknya apabila divisi B lebih banyak yang dibutuhkan daripada yang diproduksi A, divisi B akan membeli dari ekternal market.
Dalam gambar di bawah ini ditunjukkan bahwa harga transfer dibuat sama dengan harga transfer eksternal market (PT=PC). Divisi A akan meproduksi Qa unit dimana Mca=Mra. Divisi B hanya meminta Q* unit karena NMR=MRf-MCb=PT. Sehingga divisi A akan menjual sisanya (Q1-Q*) di pasar ektsernal, dan sebaliknya apabila Qa>Q* divisi B akan membeli kekurangannya di pasar eksternal.

Antar divisi pusat laba dengan lain perusahaan (eksternal market dalam persaingan tidak sempurna)

Karena pasar tidak sempurna, maka kurva yang dihadapi oleh perusahaan yang memproduksi produk intermediate termasuk divisi A adalah mempunyaislope negatif.
Dalam gambar di bawah ditunjukkan bahwa gambar di tengah menunjukkan kurva permintaan (DE) dan kurva marginal revenuenya (MRE) untuk pasar ekternal. Gambar paling kirimemperlihatkanNMR untuk divisi B, yang menunjukkan harga pasar dan tingkat output untuk pasar produk barang akhir. Gambar paling kanan adalah kurva penjumlahan MR dan marginal cost divisi A (Mca). Karena diasumsikan elastisitas permintaan kedua pasar berbeda, divisi A akan lebih untuk apabila menjalankan “diskriminasi harga” derajat ketiga di antara dua pasar.
Atas dasar hal tersebut maka divisi A akan memproduksi pada kondisi diman besarnya penjumlahan MR disdamakan dengan Mca. Sehingga tingkatharga yang menguntungkan divisi A adalah pada harga PT (harga transfer) dan divisi B menerima harga tersebut karena memenuhi NMR=PT dalam jumlah output sebesar Q* (kurva permintaannya tidak digambarkan), dan sisanya akan terjual di pasar eksternal sebesar QE, sehingga jumlah output yang dijual divisi A adalah sebesar Q* + QE


HAMBATAN-HAMBATAN DALAM MEMPEROLEH SUMBER DAYA (SOURCING)

Walaupun diberikan kebebasan dalam menjual atau membeli dari pihak dalam perusahaan atau dari luar perusahaan, tetapi hal tersebut tidak selalu mungkin dilakukan karena dibatasi oleh kebijakan-kebijakan perusahaan. Hal itu disebebkan oleh :

Pasar yang terbatas
Pasar bagi pusat laba sebagai pembeli dapat terbatas dengan alasan :
- keberadaan kapasitas internal dapat membatasi pengembangan penjualan eksternal. Pada perusahaan terintegrasi, seperti perusahaan kertas, cukup membeli produk pada basis reguler, jika tidak maka ia akan menghadapi permasalahan dalam mendapatkannya dari luar perusahaan ketika kapasitas terbatas.
- Jika suatu perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang terdeferenssiasi, tidak ada sumber daya dari luar
- Jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang besar, maka ia cenderung tidak akan menggunakan sumber daya dari luar.

Kelebihan atau kekurangan kapasitas industri
Kondisi yang dimaksudkan adalah jika perusahaan tidak dapat menjual seluruh produk atau memiliki kapasitas berlebih, maka perusahaan tidak mungkin mengoptimalkan labanya jika pusat laba pembelian membeli produk dari pemasok luar perusahaan sementara kapasitas produksi internal masih memadai. Atau sebaliknya jika memiliki kekurangan kapasitas produksi,maka tidak mungkin dapat mengoptimalkan labanya, jika pusat laba penjualan menjual produk kepada perusahaan lain, sementara pusat laba pembelian tidak dapat memperoleh produk dari luar perusahaan. Kedua hal tersebut menyebabkan transfer harga tidak optimal.

Situasi ideal di atas menyiratkan secara jelas bahwa harga transfer yang dibentuk pasar merupakan harga transfer yang kompetitif baik menjual produk kepada pihak internal maupun kepada pihak luar. Banyak kasus, bahwa perusahaan memilih berurusan kepada pihak luar daripada dengan pihak internal perusahaan. Alasannya adalah pelayanan yang lebih baik dari luar perusahaan dan adanya persaingan internal yang disertai dengan intrik-intrik dalam perusahaan.

Walaupun adanya berbagai hambatan dalam sourcing, harga pasar tetap merupakan harga transfer yang baik. Jika harga tersedia atau dapat diperkirakan, lebih baik menggunakan harga pasaryang kompetitif.



ALTERNATIF SELAIN PENGGUNAAN HARGA TRANSFER YANG KOMPETITIF
Jika harga transfer harga yang kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer dapat ditentukan berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini sangat sulit dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga transfer yang berbasis pasar (market-based price).
Dua keputusan yang harus dibuat dalam sistem harga tansfer yang berdasarkan biaya adalah :
- penentuan besarnya biaya
- menghitung markup laba

Basis biaya
Basis yang umum adalah biaya standar. Biaya aktual tidak boleh digunakan karena faktor inefisiensi produksi akan terlewatkan bagi pusat laba pembelian. Jika biaya standar digunakan, maka dibutuhkan insentif yang menetapkan standar yang ketat dan meningkatkan standar tersebut.

Markup laba
Dalam menghitung marup laba, juga terdapat dua keputusan, yaitu :
- apa basis markup laba . Basis yang paling mudah dan umum dipergunakan dan umum adalah presentase biaya
- tingkat laba yang diperbolehkan. Tingkat laba yang diperbolehkan ini pun telah menjadi wewenang pusat laba atau divisi. Persepsi manajemen senior atas kinerja keuangan dari suatu divisi akan dipengaruhi oleh laba yang dapat ditunjukkannya. Maka penyisihan laba harus dapat memperkirakan tingkat pengembalian (rate of return) yang dihasilkan seandainya unti usaha tersebut merupakan perusahaan independen yang menjual produknya kepada konsumen luar. Solusi secara konseptual adalah denganmembuat penyisihan laba yang berdasarkan investasi yang dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Nilai investasi tersebut dihitung pada level “standar” dengan aset tetap dan persediaan pada tingkat biaya penggantian (replacement cost)

PERBAIKAN ATAS MEKANISME TARNSFER HARGA
Permaslahan akan timbul dalam penentuan harga transfer pada perusahaan yang terintegrasi. Pusat laba yang pada akhirnya menjual produk pada pihak luar mungkin tidak menyadari adanya jumlah biaya tetap dan laba yang terkandung di dalam harga pembelian internal. Bahkan jika pusat laba terakhir akan menyadari adanya biaya tetap dan laba tersebut, ia tidak akan dapat mengurangi labanya untuk mengoptimalkan laba perusahaan.



Beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah ini adalah :

Persetujuan di antara unit-unit usaha
Persetujuan dapat dibuat dengan mekanisme formal di mana wakil-wakil dari unti-unti pembelian dan penjualan bertemu secara berkala untuk memutuskan harga penjualan kepada pihak luar dan pembagian laba untuk produk-produk dengan biaya tetap dan laba yang signifikan.


Dua langkah penentuan harga
Pada langkah ini harga transfer dibuat meliputi dua jenis biaya, yaitu :
- untuk setiap unit yang terjual, pembebanan biaya dibuat sama dengan biaya variabel standar dari produksi
- pembebanan biaya berkala setiap bulan dibuat sama dengan biaya tetap yang berhubungan dengan fasilitas yang disediakan untuk unit pembeli.

Gambaran penerapan penentuan harga dua langkah

Dalam satu perusahaan terdapat 2 divisi X sebagai produsen dan divisi Y sebagai konsumen bagi produk A. Divisi X mempunyai perkiraan sebagai berikut :

Divisi X (produsen) Unit dan biaya
Perkiraan penjualan bulanan ke divisi Y
Biaya variabel perunit produk
Biaya tetap bulanan yang dialokasikan ke produk
Investasi dalam modal kerja dan fasilitas
ROI kompetitif per tahun
Penyisihan Laba perbulan 5000 unit
5 dollar
20.000 dollar
1.200.000 dolar
10%
10.000 dollar
(1.200.000/12 x 10%)

Harga transfer untuk produk A Jumlah biaya
Biaya variabel perunit produk
Tambahan : biaya tetap perunit
Tambahan : laba perunit 5 dollar
4 dollar
2 dollar
Harga transfer 11 dollar


Divisi Y membeli produk A dengan harga transfer 11 dollar perunit padahal biaya variabel divisi hanya sebesar 5 dollar per unit, hal karena divisi Ytidak mempunyai informasi yang cukup untuk menghasilkan keputusan pemasaran jangka pendek. Jika Divisi Y mempunyai cukup informasi yang benar, maka Y dapat memberikan harga yang lebih rendah daripada harga normal dalam kondisi tertentu.
Penentuan harga dua langkah mengoreksi permasalahan tersebut dengan :
- mentransfer biaya variabel pada basis perunit, dan
- mentransfer biaya tetap dan laba pada basis lumpsum

Jika transfer produk A berjumlah 5.000 unit maka Y harus membayar : 55.000 dolar dengan perhitungan : (5000 unit x $5) + 20.000 + 10.000.
- Jika pada bulan lain transfer dari X je Y = 4.000 unit, Y harus membayar 50.000 dolar dengan perhitungan : (4000 unit x $5) + 20.000 + 10.000.
- Sebaliknya, Y harus membayar lebih rendah dengan metode dua langkah ini jika transfernya lebih dari 5.000 unit dalam bulan yang sama. Hal ini mencerminkan penghematan bagi X karena ia dapat memproduksi unti tambahan tanpa menimbulkan tambahan biaya tetap.

Beberapa keuntungan dari metode penentuan dua langkah ini adalah :
- unit Y membeli produk pada harga sesuai biaya variabel perunit yang diproduksi X dan Y akan membuat keputusan pemasaran jangka pendek dengan lebih baik.
- Unit Y meemiliki informasi atas biaya tetap dan laba yang berhubungan dengan produk A. Data-data tersebut dapat dipergunakan untuk memutuskan rencana jangka panjang
- Adanya penyisihan laba yang tetap setiap bulannya yang menguntungkan bagi perusahaan secara keseluruhan karena tidak dipengaruhi volume penjualan dari unti terakhir.

Metode ini sangat baik diterapkan bila :
- pembebanan biaya per bulan untuk biaya tetap dan laba harus dinegosiasikan secara berkala dan akan tergantung dari kapasitas yang digunakan oleh unit pembelian.
- alokasi investasi dan biaya dihitung secara akurat
Maka walalupun unit produksi memproduksi sesuai kapasitas unit pembeli, unit produksi dapat memproduksi untuk dijual ke luar jika menguntungkan.








KESIMPULAN

Penentuan harga transfer harus benar-benar dicapai dengan tetap memperhitungkan laba perusahaan secara keseluruhan. Secara kenyataan, perusahaan dalam menetapkan harga transfer harus menyadari adanya jumlah biaya tetap dan laba yang terkandung di dalam harga pembelian. Maka jika dijual keluar, berarti laba yang diperoleh tidak akan optimal. Maka mekanisme harga transfer dalam satu perusahaan antar divisi atau unit fungsional harus diusahakan sebagai suatu kebutuhan dan sangat disarankan dalam rangka mengoptimalkan perusahaan secara keseluruhan, dan bukan hanya keuntungan optimal tiap unit fungsional.






























REFERENSI

Tulisan ini disarikan dan dikutip dari beberapa buku acuan :
Akutansi Biaya 2, Supriyono, SU
Management Control System, Govindarajan dan Robert N Anthony
Managerial Economics, Analysis adnd Strategy, Evan J. Douglas

WHIZ CALCULATOR CO

CASE REVIEW
WHIZ CALCULATOR CO



Pengendalian anggaran yang dilakukan oleh Whiz Calculator Co tidak memadai sehingga tidak dapat menyediakan kendali atas biaya yang dikeluarkan dalam penjualan. Saran dari Presiden adalah dengan anggaran biaya penjualan pada basis tetap sebagaimana dalam teknik pengendalian manufaktur.

Jawaban Permasalahan

1. a. Bila item pengeluaran merupakan variabel terhadap volume penjualan, maka secara signifikan item-item pengeluaran tersebut langsung mengurangi volume penjualan. Dalam hal ini dimungkinkan pengeluaran yang tidak terkendali atau pengeluaran yang tidak direncanakan sebelumnya, akibatnya :
- tidak adan tindakan korektif untuk mengindari pemborosan.
- Tidak dapat dilakukan perencanaan pengeluaran lebih baik untuk tahun-tahun yang akan datang.

b. Bila item pengeluaran merupakan sebagian variabel terhadap volume penjualan atau item pengeluaran merupakan variabel terhadap beberapa faktor lainnya. Hal tersebut secara tidak langsung mengurangi volume penjualan sebagaimana point 1.a. diatas, dalam pelaksanaannya masih dapat dilakukan penghematan pengeluaran dalam penjualan.

c. Bila item pengeluaran tidak berhubungan sama sekali dengan output. Ini adalah hal yang tidak realistis. Dalam setiap kegiatan mempunyai biaya sejumlah tertentu. Atau terdapat kemungkinan, bila tidak berhubungan sama sekali, keduanya terjadi dalam proses produksi yang berbeda, sehingga tidak berhubungan sama sekali.

2. Hubungan yang dapat disimpulkan khususnya pada point. 1.a. diatas adalah perlunya pendekatan bertingkat atas perencanaan anggaran dan dapat dipantau secara sistematika, yaitu adanya siklus kontinue pengendalian anggaran dari setiap peristiwa, yaitu :










Siklus Pengendalian Anggaran

Dengan siklus pengendalian anggaran tersebut dapat dilakukan beberapa hal, yaitu :
1. Pengendalian perusahaan/manajer dapat membandingkan biaya aktual dengan anggaran untuk bulan-bulan yang bersangkutan dan dapat meramalkan pengeluaran yang akan datang. Manfaat pembandingan ini adalah :
a. Anggaran tersebut memungkinkan manajer/pengendali manaruh perhatian untuk memantau kemajuan terhadap anggaran terutama untuk item-item pengeluaran yang melebihi anggaran.
b. Memberikan gambaran yang lengkap tentang tanggung jawab manajer yang bersangkutan, tanpa wewenang untuk mengawasi.

2. Dapat dilakukan analisa dan mengambil tindakan untuk mengurangi pengeluaran yang berlebihan antara lain :
a. mengurangi penempatan pegawai atau dalam keadaan periode penjualan sepi dapat dialihkan menjadi staf part-time.
b. Mengurangi biya lembur

Dari kasus Whiz Calculator tersebut, maka sistem anggaran yang paling tepat adalah Sistem Anggaran Fleksibel (Flexible Budgeting). Sistem anggaran ini tidak hanya memerlukan satu penyusunan anggaran, tetapi serangkaian anggaran untuk berbagai level aktivitas. Tujuannya adalah untuk memungkinkan perbandingan biaya aktual dengan anggaran yang fleksibel yang mengacu pada level aktivitas yang sesungguhnya terjadi.

Sistem Anggaran Fleksibel
Sistem Anggaran Fleksibel ini sangat baik untuk dilaksanakan dengan alasan :
1. pengeluaran dapat benar-benar dikoreksi secara aktual penggunaannya.
2. bila dibandingkan dengan sistem anggaran tetap, suatu anggaran yang disusun untuk level-level aktivitas yang telah ditentukan semula dan tidak dimungkinkan adanya perubahan. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak dapat mengantisipasi biaya aktual yang sesungguhnya terjadi tetapi belum direncanakan sebelumnya., sehingga tidak dapat diperbandingkan atau membandingkan biaya aktual dengan anggaran tetap tetapi untuk aktivitas yang tidak pernah terjadi.Hal ini jelas kurang bijaksana.

Saran-saran bagi pelaksanaan laporan pengeluaran penjualan Whiz Calculator.
Cara penerapan dan pengelolaan anggaran dalam perusahaan dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi perilaku, beberapa diantaranya menguntungkan, tetapi ada pula beberapa yang membawa pengaruh sebaliknya. Begitu pula dengan dilaksanakannya Sistem Anggaran Fleksibel pada Whiz Calculator.
Untuk menghindari hal-hal yang kurang baik disarankan beberap hal :
a. yang dilakukan penyusunan anggaran dengan bottom-up. Penyusunan anggaran ini membawa perasaan memiliki dan memberikan motivasi untuk mencapai target, meskipun nantinya anggaran semula tersebut diperketat karena perlunya koordinasi dan pencapaian hasil yang diinginkan untuk kepentingan perusahaan.
b. Keterlibatan yang aktif dari para manajer senior sehingga dengan pengalaman mereka tentang aktivitas fungsional utama. Hal ini sangatlah penting mengingat dalam perusahaan tidak ada seseorang secara sempurna menguasai aktivitas mereka sendiri. Dalam hal penyusunan anggaran, sangatlah penting jika anggaran disusun secara realistis tetapi menantang dalam penyusunannya.
c. Anggaran harus ditetapkan secara realistis dan tidak mengandung anggaran yang berlebihan atau anggaran yang kendur (budget slack). Sebaliknya anggaran juga tidak boleh disusun terlalu tinggi. Sebab hal ini akan menyulitkan manajemen puncak dalam upaya mencapai penghasilan atau pengeluaran yang realitis.
d. Sejauh mungkin dilaksanakan penundaan pencatatan biaya karena hal ini akan menghambat penyelesaian laporan.
e. Manajer harus waspada terhadap biaya-biaya tak terkendali(non controllable items), karena kemungkinan item-item pengeluaran yang dilakukan bukan wewenang dari manajer yang bersangkutan walaupun manajer tidak bertanggung jawab terhadap pengeluaran tersebut. Biaya-biaya terkendali maupun tak terkendali tersebut, harus tetap disampaikan agar dapat dilakukan penelahaan secara tuntas kinerja pusat pertanggungjawaban.

PIEDMONT UNIVERSITY

Analisa Krisis Keuangan

Adanya indikator permasalahan yang terjadi yaitu pendaftaran mahasiswa baru menurun dan biaya operasi meningkat, sehingga terpaksa dipergunakan dana kuasi dan dana tersebut hampir habis dipergunakan.

Penyelesaian krisis keuangan Piedmont University (PU)

Dalam kasus tersebut, krisis keuangan pada PU telah dicoba untuk diselesaikan melalui :
Pertama , tindakan-tindakan dari perbaikan dari rektor, yaitu :
1. menaikkan uang kuliah
2. menghentikan perekrutan karyawan dan staf pengajar
3. menekan biaya operasi
Hasil sementara diperoleh : per 30 Juni 1986 (tahun pelajaran berakhir) terdapat sedikit surplus operasi usaha.

Kedua, Saran-saran dari perusahaan konsultan, yaitu :
1. penambahan karyawan
2. mengadakan kegiatan pencarian dana
3. menata universitas menjadi beberapa pusat laba
Dari saran-saran tersebut, yang paling utama adalah menjadikan universitas dalam beberapa pusat laba. Kenyataannya gagasan pembentukan pusat laba tersebut menimbulkan beberapa masalah sebagai berikut.

No. Jenis biaya Usulan Keberatan atas usulan pusat laba
1. Administrasi Pusat Dibebankan kepada pusat laba sesuai dengan biaya relatif masing-masing Adanya biaya-biaya yang tak terkendali
2. Sumbangan dan Pemberian Sumbangan bersih ditambah pendapatan sumbangan dialokasikan rektor ke setiap fakultas Mengurangi kewenangan rektor
3. Atletik Membiayai sendiri dengan memungut iuran kepada mahasiswa yang berpartisipasi Mahasiswa tidak akan puas dan menambah beban pekerjaan adminitrasi
4. Pemeliharaan - biaya aktual pekerjaan dan biaya-biaya overhead pada setiap pusat laba
- pusat laba diberi kewenangan memakai kontraktor luar jika harganya lebih rendah dari pada departemen pemeliharaan Kepala departemen pemeliharaan menentang dengan alasan kontraktor luar tidak dapat melakukan pemeliharaan dengan standar mutu yang tinggi yang dituntut PU
5. Komputer Dikenakan biaya pada setiap pengguna komputer fakultas teknik sehingga menutup biaya pesawat dan biaya overhead - belum optimalnya penggunaan komputer sehingga perlu upaya untuk mendorong pemakaian komputer
6. Perpustakaan Setiap mahasiswa dan tenaga pengajar yang mempergunakan perpustakaan dikenakan biaya Akan terjadi ketidakpuasan dalam hal kerja adminitrasi
7. Registrasi silang Fakultas dimana mahasiswa mengambil suatu mata kuliah akan menerima biaya mata kuliah dari mana mahasiswa tersebut mendaftar

Alasan penolakan rancangan beberapa pusat laba tersebut berkisar pada :
- pelayanan fasilitas pada mahasis wan tenaga pengajar
- penambahan beban pekerjaan adminitrasi
- tersingkirnya tanggungjawab departemen pemeliharaan

Melihat kedua penyelesaian tersebut, dari sisi pertanggungjawaban pengendalian manajemen, maka langkah pertama mewujudkan universitas secara keseluruhan sebagai pusat biaya, tepatnya pusat biaya kebijaksanaan.
Pada pusat biaya kebijakan ini, selisih anggaran dan biaya yang sesungguhnya bukanlah tolok ukur bagi efisiensi. Pada hakekatnya, hanya merupakan selisih antara input yang dianggarkan dan input yang sesungguhnya dan tidak mencakup nilai output. Jika biaya yang sesungguhnya tidak melebihi jumlah anggaran, maka hal itu sudah dianggap telah sejalan dalam anggaran. Tindakan rektor dalam hal menghentikan rekrut karyawan dan menekan biaya operasi, tidak dimaksudkan untuk meramal jumlah pengeluaran yang optimum.
Dalam jangka pendek, menjadikan universitas sebagai pusat biaya kebijakan, terlebih sudah terdapat surplus keuangan, adalah langkah tepat. Tetapi untuk perhitungan jangka panjang hal tersebut kurang tepat. Maka langkah kedua menjadikan universitas dalam beberapa pusat laba adalah sangat tepat, tentu saja dengan mengeleminasi atau menghilangkan berbagai hambatan, dan dengan transfer harga yang disepakati semua pusat laba.

Penyelesaian masalah dalam pusat-pusat laba

Seperti dalam uraian sebelumnya, terdapat masalah dengan diperkenalkannya pusat-pusat laba. Menurut pengendalian manajemen pusat-pusat laba dalam Robert Antony dan Gvindarajan, terdapat hal-hal yang menjadi hambatan, yaitu :
1. adanya perselisihan-perselisihan karena adanya argumen-argumen tentang :
a. transfer harga
b. pengalokasian biaya-biaya umum yaitu pengeluaran pusat yang menjadi beban dan dianggap biaya tak terkendali oleh pusat-pusat laba
c. kewenangan yang dominan pada wewenang penggunaan pemberian dan sumbangan
2. unit-unit organisasi yang pernah bekerja sama sebagai unti fungsional akan saling berkompetisi.
Pada kenyataannya, keputusan satu unit laba akan mengakibatkan konsekuensi biaya yang tidak diinginkan oleh unit laba lainnya.
a. Pada PU, masing-masing unit laba diberikan kewenangan untuk mencari kontraktor pemeliharaan diluar departemen pemeliharaan universitas. Hal ini, bagi departemen pemeliharaan sebagai satu pusat laba, akan ada konsekuensi kurangnya pencapaian laba. Untuk pencapaian transfer harga yang ideal, maka departemen Pemeliharaan harus bekerja secara efisien sehingga biaya pemeliharaan yang ditawarkan kepada pusat laba lainnya akan sama dengan biaya pemeliharaan dari kontraktor luar.
b. Pada registrasi silang, fakultas dimana mahasiswa mengambil suatu mata kuliah, akan menerima pembayaran dimana mahasiswa mendaftar, maka fakultas dimana ia mendaftar harus memberikan transfer harga kepada fakultas dimana mahasiswa mnegambil mata kuliah tersebut.
3. Adanya perbedaan misi atau tujuan antara pencapain tujuan-tujuan pendidikan pada setiap fakultas dengan tujuan-tujuan fakultas sebagai pusat laba, yaitu :
a. pemungutan iuran-iuran untuk menutup biaya operasi departemen atletik bertolak belakang dengan tujuan-tujuan memajukan olahraga di kampus, yang mengakibatkan ketidakpuasan mahasiswa.
b. Pengenaan iuran pemakaian komputer di fakultas teknik untuk menutup biaya keseluruhan perawatan dan biaya overhead menghambat usaha untuk mendorong pemakaian komputer sebagai bagian dari pengalaman dan pendidikan riset para mahasiswa dan tenaga pengajar.
4. Adanya ketidakpuasan dalam hal kerja administrasi, terutama penambahan prosedur kerja yang baru.

Dari berbagai hambatan-hambatan tersebut, rektor sebagai manajemen puncak disarankan melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
A. Secara umum diciptakannya kondisi-kondisi dalam mendelegasikan pertanggungjawaban laba, yaitu kondisi dimana rektor dapat memperoleh informasi yang relevan dan cara untuk mengukur efektifitasnya.
1. Kinerja keuangan
Universitas sebagai organisasi nirlaba (nonprofit oriented) tujuan finansialnya hanya untuk menjaga agar tidak terjadi pengeluaran yang berlebihan, yaitu tetap menjaga agar berada dalam jumlah subsidi atau alokasi anggaran yang disediakan untuk kegiatan. Walaupun demikian tetap pula perlu untuk mengukut kinerja ekonomi yaitu pusat laba sebagai unit ekonomi, diukur dari pendapatan bersih (net income) yaitu pendapatan yang tersisa setelah seluruh biaya dialokasikan kepada pusat laba.
Sebagaimana yang disarankan oleh konsultan diatas diharapkan :
• agar dimasa yang akan datang dekan dan administrator lain menyerahkan anggaran yang meliputi pendapatan dan pengeluaran bagi kegiatan masing-masing.
• peralihan tanggung jawab dan prosedur baru untuk mengkreditkan pendapatan ke dalam pusat-pusat laba dan membebankan pengeluaran kepada pusat-pusat laba yang bersangkutan
Dengan sistem pengendalian anggaran yang memadai rektor dapat :
- mendelegasikan tanggungjawab dan prosedur sehari-hari pada level manajemen yang lebih rendah (dekan/ketua fakultas atau kepala departemen)
- merencanakan dan mengkoordinasi berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan umum universitas
- mempertahan pengendalian menyeluruh
- mempunyai pedoman untuk memantau kinerja dekan atau kepala departemen dari aktivitas yang didelegasikan menggunakan satu indikator yang menyeluruh dengan laba sebagai ukuran kinerja.
- Mempergunakan sebagai alat motivasi yang tepat bagi para dekan atau kepala departemen.
2. Sistem pelaporan yang memberikan informasi yang siap pakai bagi rektor mengenai profitabilitas
3. Rektor disarankan agar selalu meningkatkan kesadaran laba kepada para dekan atau kepala departemen untuk selalu mencari cara meningkatkan laba dan bekerja sama sehingga goal congruence selalu tercipta.
4. Koordinasi antar pusat laba sehingga tercipta harga transfer yang saling menguntung.
5. Mengoptimalkan kinerja karyawan sehingga tidak perlu dilaksanakan perekrutan karyawan baru, yang diiringi dengan penambahan pekerjaan dan insentif yang mendukung.

B. Kinerja Pusat-pusat Laba
1. Transfer harga perlu dilakukan pada registrasi silang dan jasa pemeliharaan universitas. Disarankan agar dihindari resourcing jasa pemeliharaan sehingga laba tidak keluar dari universitas sehingga secara keseluruhan akan terjadi peningkatan laba. Maka departemen pemeliharaan harus mengupayakan kerja secara efisien sehingga dapat diperoleh jasa pada biaya yang sama dengan jasa pemeliharaan dari kontraktor luar.
2. Unit-unit yang berhubungan dengan misi pendidikan dan pusat aktivitas mahasiswa dan tenaga pengajar seperti unit komputer, atletik dan perpustakaan, tetap dibiarkan sebagai suatu fasilitas bagi mereka, sehingga tujuan pendidikan tercapai. Sebagai suatu pusat laba, maka pengelola, sebagaimana saran dari konsultan, diupayakan untuk menciptakan kegiatan yang mendatangkan laba. Semisal : pengadaan even-even olah raga yang dimungkinkan mendapatkan pendapatan dari iklan, penyewaan fasilitas-fasilitas gedung olah raga tanpa mengganggu aktivitas mahasiswa, atau penyelenggaraan seminar, pameran pendidikan, buku dan komputer. Secara administratif hal tersebut akan menambah beban pekerjaan, tetapi hasil yang diperoleh dapat dipergunakan untuk biaya pemeliharaan gedung dan fasilitas olah raga.
3. Kewenangan rektor terhadap pengalokasian penggunaan dan persetujuan pemberian dan sumbangan, tetap pada rektor sebagai manajemen puncak. Hal ini salah satu kewenangan yang disarankan, sebaiknya tidak didelegasikan, kecuali untuk sumbangan atau pemberian langsung ke fakultas. Sumbangan atau pemberian ini selain untuk mengurangi ketergantungan rektor pada pusat-pusat laba di bawahnya, juga sebagai cadangan dana dalam hal pemberian subsidi kepada pusat-pusat laba yng membutuhkan.
Dengan diperkenalkannya pusat-pusat laba pada Piedmont University, diharapkan selain kebutuhan keuangan terpenuhi, juga memberikan manfaat sebagai berikut :
- kualitas keputusan dan kecepatan pengambilan keputusan operasional dapat meningkat.
- Rektor terhindar dari pengambilan keputusan yang bersifat teknis atau harian sehingga dapat berkonsentrasi terhadap hal-hal yang lebih luas.

Beberapa alternatif pendekatan pusat laba
Secara garis besar langkah-langkah pembentukan pusat-pusat laba telah disebutkan diatas. Alternatif yang utama adalah diupayakan agar setiap unit dalam fakultas atau departemen dapat bekerja secara efisien dan fektif dan menciptakan kegiatan yang mendatangkan laba.

Saran pusat-pusat laba diterpkan di Piedmont University
Dari analisa diatas pusat-pusat laba dalam jangka panjang disarankan agar diterapkan di Piedmon University

MEDOC COMPANY

PENYELESAIAN KENDALA STRUKTUR ORGANISASI PADA
MEDOC COMPANY DENGAN PENETAPAN KAPASITAS PRODUKSI DAN BIAYA STANDAR



Bentuk organisasi perusahaan unit bisnis dirancang untuk memecahkan problem-problem yang terdapat struktur fungsional. Divisi sebagai suatu unit bisnis, bertanggung kawab bagi seluruh fungsi yang ada dalam produksi dan pemasaran sebuah produk. Mereka bertanggung jawab untuk melakukan perencanaan dan koordinasi kerja berbagai fungsi yang terpisah-pisah. Kinerja diukur dalam kapasitas suatu divisi dalam menghasilkan laba. Ini merupakan kriteria yang valid karena pada hakekatnya laba merupakan pencerminan dari aktivitas pemasaran dan produksi. (Govindarajan dan Robert Anthony)

Kendala-kendala pada Medoc Company

Manajemen puncak pada Medoc Company nampaknya sudah menetapkan kebijakan bagi divisi-divisi dibawahnya yaitu :
- pembatasan pengalokasian produksi, yang ditunjukkan dengan prosentase pembagian transfer dari divisi penggilingan ke divisi produk konsumen
- prosentase pembebanan biaya investasi yang dilakukan divisi penggilingan kepada divisi produk konsumen
- transfer harga dengan biaya sesungguhnya

Pada Medoc Company yang terdiri dari divisi penggilingan dan divisi produk konsumen, dengan kebijakan tersebut ternyata berada dalam struktur organisasi dimana masing-masing atau salah satu :
1. tidak dapat bertanggung jawab atas seluruh fungsi yang ada dalam produksi dan pemasaran secara terpisah
2. tidak dapat melakukan perencanaan dan koordinasi secara baik kerja dan investasi
3. kriteria valid berupa laba tidak mencerminkan aktivitas pemasaran dan produksi sehingga tidak dapat diukur secara terpisah, sebagaimana yang telah disarankan


Kendala organisasi tersebut menyebabkan :
1. Tidak tercapainya volume kapasitas pengisian yang disepakati antara divisi penggilingan dan divisi produk konsumen.
Kapasitas produksi penggilingan sebesar 98% ternyata tidak direspon/tidak diimbangi oleh divisi produk konsumen dengan :
- meningkatkan jumlah penjualan konsumen
- kenaikan keadaan pemasaran
- bantuan transaksi khusus yang menarik
Walaupun dimungkinkan adanya tambahan volume, hal tersebut tidak menguntungkan dan hanya menutup kerugian dari divisi penggilingan, tetapi bagi perusahaan menguntungkan.

2. Transfer harga yang ideal yang saling menguntungkan tidak terpenuhi, karena tranfer harga berdasarkan harga unit pada harga sesungguhnya.


Untuk mengatasi hal tersebut disarankan untuk :
A. Memberikan kewenangan yang lebih luas bagi divisi-divisi
1. divisi-divisi diberikan kewenangan untuk menentuan kebutuhan tepung yang akan diolah menjadi produk konsumen
2. diberikan kewenangan untuk melakukan transfer dengan harga yang dapat dinegosiasikan antar divisi
3. pemisahan tanggung jawab kebutuhan investasi setiap divisi

B. Penetapan kapasitas produksi dan transfer harag yang sesuai dan menguntungkan
1. Penentuan kapasitas produksi yang cocok
Sebaiknya kapasitas produksi yang ditetapkan adalah kapasitas produksi normal dengan mempertimbangkan kemampuan divisi produk konsumen dalam mengolah tepung dari divisi penggilingan, yaitu kapasitas normal

2. divisi penggilingan mengirim produk ke divisi produk konsumen pada harga yang sesuai dengan biaya standar.

Untuk menyeimbangkan transfer harga yang tepat, sebaiknya menggunakan :
a. perhitungan biaya standar (standard costing). Biaya standar akan memberikan manfaat dalam penganggaran dan pengukuran kinerja dan pengendalian biaya bagi perusahaan.
Ketika biaya produksi sesungguhnya dibandingkan dengan biaya standarnya, akan terdapat perbedaan atau varian. Secara total varian ini merugikan divisi produk konsumen yang mengakibatkan pengurangan laba atau sebaliknya menguntungkan divisi penggilingan karena biaya ketidakefisienan proses produksi divisi penggilingan ditanggung divisi produk konsumen.
Metode yang digunakan menurut Graham Mott adalah :
- penetapan tingkat efisiensi dan sumber daya dengan menggunakan teknik manajemen yang mengacu pada data masa lalu atas biaya tenaga kerja dan bahan baku langsung
- menetapkan biaya standar untuk tenaga kerja, bahan baku, dan overhead secara realistis dengan basis yang dapat dicapai, bukan standar ideal yang sulit dipenuhi sehingga menurunkan motivasi. Standar yang terlalu mudah juga tidak akan menimbulkan motivasi yang diharapkan
- penetapan standar harga jual untuk masing-masing produk
- menghitung varian antara biaya sesungguhnya dan biaya standar
- menganalisis varian untuk mencari penyebab utama, dan
- menginvestigasi varian yang jumlahnya besra sehingga waktu tidak terbuang untuk meneliti varian-varian yang relatif kecil

Dalam siklus pengendalian biaya terdapat 4 (empat), yaitu :
1. menyusun standar atau target biaya produksi
2. mengukur biaya produksi aktual
3. membandingkan biaya produksi aktual dengan biaya standar/target yang ditetapkan dimuka
4. mengambil tindakan yang tepat jika diperlukan

b. atau cara yang lebih sederhana dengan membandingkan antara biaya aktual dengan harga jual. Jika tidak tercapai surplus yang mamadai, hal tersebut merupakan pertanda perlunya pengurangan biaya atau penetapan harga yang lebih baik.

Saran seandainya tidak ada batasan organisasi

Jika dalam proses produksi, penjualan dan pemasaran hasil produksi tidak ada batasan produksi, yang artinya setiap divisi dalan satu organisasi secara bebas menjual hasil produk ke divisi pengolahan selanjutnya atau ke unit-unit bisnis di luar perusahaan, maka disarankan bagi Medoc Company untuk :
1. divisi penggilingan diberi kebebasan untuk menjual sebagian besar tepung yang dihasilkan kepada unit-unit bisnis di luar Medoc Co. dengan harga yang lebih kompetitif, dengan tetap seperti saran diatas, menggunakan metode biaya standar.
2. divisi produk konsumen tidak harus mengambil tepung dari divisi penggilingan dengan prosentase diatas (70%), tetapi dapat mengambil dari unit-unit bisnis di luar Medoc Co. dengan harga yang menguntungkan.

Terdapat kekurangan dan kelebihan dengan saran-saran ini, tetapi yang dapat dijadikan pemecahan masalah pada Medoc Co. dengan tidak adanya batasan organisasi ialah :
1. terdapat efisiensi penggunaan sumber daya
2. dapat menghindari resiko pasar yang tidak menentu
3. menjamin kualitas dan kuantitas pasokan dengan harga yang kompetitif
4. sangat dimungkinkan pengukuran laba secara terpisah antara divisi penggilingan dengan divisi produk konsumen sebagaimana yang disarankan oleh Top Manajemen Medoc Company
5. kemampuan perusahaan dalam bersaing meningkat.