Saturday, June 30, 2007

TRANSFER PRICING

METODE DAN STRATEGI PENENTUAN HARGA TRANSFER
(TRANSFER PRICING)


PENDAHULUAN

Pemikiran organisasi modern berorientasi kepada desentralisasi. Salah satunya tantangan utama dalam mengoperasikan sistem yang terdesentralisasi adalah merancang suatu motode akuntansi yang memuaskan untuk tranfer barang dan jasa dari pusat laba yang satu ke yang lain dalam perusahaan yang meiliki jumlah cukup signifikan atas transaksi jenis ini . Atas dasar pemikiran ini, banyak perusahaan menerapkan transfer pricing baik transfer secara internal (transfer price decision) maupun tranfer harga yang melibatkan pihak eksternal (sourcing decision).
Tulisan ini membahas bagaimana gambaran atas pelaksanaan transfer harga dengan analisis terhadap perlakuan biaya di akhir tulisan.

SASARAN PENETUAN HARGA TRANSFER
Pada perusahaan yang menerapkan beberapa pusat laba dalam satu tanggung jawab bersama atas pengembangan, pembuatan, dan pemasaran suatu produk, masing-masing divisi sebagai pusat laba harus berbagi pendapatan yang dihasilkan ketika produk tersebut terjual.
Harga transfer merupakan mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan ini. Maka harga transfer harus dirancang sedemikian rupa supaya dapat mencapai beberapa sasaran, antara lain :
- memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan penyesuaian yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan
- dan mengukur kinerja ekonomi dari tiap unit usaha
- menghasilkan keputusan yang bertujuan sama, yaitu sistem yang dirancang agar keputusan yang meningkatkan laba unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan

PRINSIP DASAR
Prinsip dasar harga transfer adalah bahwa harga transfer harus sama dengan harga yang dipatok sendiri seandainya produk tersebut terjual kepada konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Bagi sebagian perusahaan secara internal terjadi pertentangan dalam menentukan harga penjualan untuk pihak luar. Pandangan ekonom klasik menyatakan bahwa harga penjulan harus sama dengan biaya marginal atau beberapa praktisi menyarankan harga transfer yang berdasarkan biaya marginal.
SITUASI IDEAL
Harga transfer yang berdasarkan harga pasar akan menghasilkan kesamaan tujuan jika memenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut :
- manajer dan staf yang terlibat dalam negosiasi harga transfer harus kompeten
- menjadikan profitabilitas, yang diukur dari laporan laba rugi, sebagai tujuan yang penting dari suatu pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja
- harga transfer idealnya harus berdasarkan harga pasar normal dan wajar dari produk identik yang ditransfer, maksudnya, harga pasar yang mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman, dan kualitas) dengan produk yang diberi harga transfer
- kebebasan memperoleh sumber daya. Alternatif dalam memperoleh sumber daya harus ada, dan para manajer diberi wewenang untuk memilih mana yang paling baik untuk mereka. Manajer pembelian harus bebas membeli dari pihak luar, dan manajer penjualan bebas menjual kepada pihak luar. Dalam keadaan seperti ini, kebijakan harga transfer tersebut akan memberikan hak kepada setiap manajer pada setiap divisi (pusat laba) untuk berurusan dengan pihak dalam atau luar perusahaan sesuai dengan penilaian mereka masing-masing. Kemudan pasar akan membentuk harga transfer. Keputusan berurusan dengan pihak dalam atau luar juga dibuat oleh pasar.
- Informasi penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, biaya dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternatif tersebut.
- Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar dalam melakukan negosiasi atas kontrak di antara unit-unit usaha.


PERILAKU BIAYA PADA TRANSFER HARGA DALAM KONDISI IDEAL

Antar divisi pusat laba dalam satu perusahaan
Kalau perusahaan mempunyai dua divisi maka MCf perusahaan adalah penjumlahan dari MC kedua divisi. Dalam gambar di bawah ini penjumlahan dari dua kurva MC ditunjukkan oleh kurva MCf, dan perusahaan mencapai keuntungan maksimum pada harga P* dan output Q*, baik yang didapat A maupun divisi B.
Harga transfer yng optimal adalah PT yang sama dengan MC divisi A (MCa)dan sama dengan MRa pada output Q*, sehingga pada tingkat harga tersebut divisi A akan mendapatkan laba maksimum.
Dipandang dari divisi B besarnya Net Marginal Revenue (NMR) dari penjualan produk intermediate sama dengan marginal revenue pasar (MRf) dikurangi marginal cost B (MCb) atau NMR=MRf-MCb. Pada output Q*, maka NMR=Mca, karena MRf=MCf pada tingkat output Q*, sehingga MRf-MCb=MCf-MCb=Mca. Pada kondisii NMR divisi B sama dengan MCa, produk intermediate yang dibeli dari divisi A adalah sama dengan harga transfer. Sehingga divisi B memaksimumkan keuntungannya dengan menetapkan harga P* dan output pada tingkat Q*. Tingkat harga dan output ini akan memberikan keuntungan yang maksimum pada perusahaan.


Antar divisi pusat laba dengan lain perusahaan (eksternal market dalam persaingan sempurna)


Dalam contoh diatas produk yang dihasil divisi A ternyata juga dihasilkan oleh banyak perusahaan lain, dimana divisi B dapat membelinya untuk dijual kembali. Oleh kaena itu harga transfer produk intermediate ditentukan oleh permintaan dan penawaran diekternal market (harga pasar kompetitif atau market-based price) sehingga harga transfer harus sama dengan harga pasar.
Apabila harga transfer ditetapkan lebih mahal dibandingkan dengan harga pasar, maka ivisi B lebih suka membeli dari eksternal market dibandingkan dari divisi A. Sebaliknya apabila harga transfer ditetapkan lebih rendah daripada harga eksternal market., divis A lebih suka menjual outputnya di pasar ekternal market daripada kepada divisi B. Jadi nampak sekali adanya kebebasan yang diberikan perusahaan kepada para manajer divisi untuk membeli atau menjual.
Jika harga transfer sama dengan harga eksternal market, maka divisi A akan memproduksi lebih besar dari yang akan dibeli divisi B, dan sisanya dijual di pasar luar, dan sebaliknya apabila divisi B lebih banyak yang dibutuhkan daripada yang diproduksi A, divisi B akan membeli dari ekternal market.
Dalam gambar di bawah ini ditunjukkan bahwa harga transfer dibuat sama dengan harga transfer eksternal market (PT=PC). Divisi A akan meproduksi Qa unit dimana Mca=Mra. Divisi B hanya meminta Q* unit karena NMR=MRf-MCb=PT. Sehingga divisi A akan menjual sisanya (Q1-Q*) di pasar ektsernal, dan sebaliknya apabila Qa>Q* divisi B akan membeli kekurangannya di pasar eksternal.

Antar divisi pusat laba dengan lain perusahaan (eksternal market dalam persaingan tidak sempurna)

Karena pasar tidak sempurna, maka kurva yang dihadapi oleh perusahaan yang memproduksi produk intermediate termasuk divisi A adalah mempunyaislope negatif.
Dalam gambar di bawah ditunjukkan bahwa gambar di tengah menunjukkan kurva permintaan (DE) dan kurva marginal revenuenya (MRE) untuk pasar ekternal. Gambar paling kirimemperlihatkanNMR untuk divisi B, yang menunjukkan harga pasar dan tingkat output untuk pasar produk barang akhir. Gambar paling kanan adalah kurva penjumlahan MR dan marginal cost divisi A (Mca). Karena diasumsikan elastisitas permintaan kedua pasar berbeda, divisi A akan lebih untuk apabila menjalankan “diskriminasi harga” derajat ketiga di antara dua pasar.
Atas dasar hal tersebut maka divisi A akan memproduksi pada kondisi diman besarnya penjumlahan MR disdamakan dengan Mca. Sehingga tingkatharga yang menguntungkan divisi A adalah pada harga PT (harga transfer) dan divisi B menerima harga tersebut karena memenuhi NMR=PT dalam jumlah output sebesar Q* (kurva permintaannya tidak digambarkan), dan sisanya akan terjual di pasar eksternal sebesar QE, sehingga jumlah output yang dijual divisi A adalah sebesar Q* + QE


HAMBATAN-HAMBATAN DALAM MEMPEROLEH SUMBER DAYA (SOURCING)

Walaupun diberikan kebebasan dalam menjual atau membeli dari pihak dalam perusahaan atau dari luar perusahaan, tetapi hal tersebut tidak selalu mungkin dilakukan karena dibatasi oleh kebijakan-kebijakan perusahaan. Hal itu disebebkan oleh :

Pasar yang terbatas
Pasar bagi pusat laba sebagai pembeli dapat terbatas dengan alasan :
- keberadaan kapasitas internal dapat membatasi pengembangan penjualan eksternal. Pada perusahaan terintegrasi, seperti perusahaan kertas, cukup membeli produk pada basis reguler, jika tidak maka ia akan menghadapi permasalahan dalam mendapatkannya dari luar perusahaan ketika kapasitas terbatas.
- Jika suatu perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang terdeferenssiasi, tidak ada sumber daya dari luar
- Jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang besar, maka ia cenderung tidak akan menggunakan sumber daya dari luar.

Kelebihan atau kekurangan kapasitas industri
Kondisi yang dimaksudkan adalah jika perusahaan tidak dapat menjual seluruh produk atau memiliki kapasitas berlebih, maka perusahaan tidak mungkin mengoptimalkan labanya jika pusat laba pembelian membeli produk dari pemasok luar perusahaan sementara kapasitas produksi internal masih memadai. Atau sebaliknya jika memiliki kekurangan kapasitas produksi,maka tidak mungkin dapat mengoptimalkan labanya, jika pusat laba penjualan menjual produk kepada perusahaan lain, sementara pusat laba pembelian tidak dapat memperoleh produk dari luar perusahaan. Kedua hal tersebut menyebabkan transfer harga tidak optimal.

Situasi ideal di atas menyiratkan secara jelas bahwa harga transfer yang dibentuk pasar merupakan harga transfer yang kompetitif baik menjual produk kepada pihak internal maupun kepada pihak luar. Banyak kasus, bahwa perusahaan memilih berurusan kepada pihak luar daripada dengan pihak internal perusahaan. Alasannya adalah pelayanan yang lebih baik dari luar perusahaan dan adanya persaingan internal yang disertai dengan intrik-intrik dalam perusahaan.

Walaupun adanya berbagai hambatan dalam sourcing, harga pasar tetap merupakan harga transfer yang baik. Jika harga tersedia atau dapat diperkirakan, lebih baik menggunakan harga pasaryang kompetitif.



ALTERNATIF SELAIN PENGGUNAAN HARGA TRANSFER YANG KOMPETITIF
Jika harga transfer harga yang kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer dapat ditentukan berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini sangat sulit dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga transfer yang berbasis pasar (market-based price).
Dua keputusan yang harus dibuat dalam sistem harga tansfer yang berdasarkan biaya adalah :
- penentuan besarnya biaya
- menghitung markup laba

Basis biaya
Basis yang umum adalah biaya standar. Biaya aktual tidak boleh digunakan karena faktor inefisiensi produksi akan terlewatkan bagi pusat laba pembelian. Jika biaya standar digunakan, maka dibutuhkan insentif yang menetapkan standar yang ketat dan meningkatkan standar tersebut.

Markup laba
Dalam menghitung marup laba, juga terdapat dua keputusan, yaitu :
- apa basis markup laba . Basis yang paling mudah dan umum dipergunakan dan umum adalah presentase biaya
- tingkat laba yang diperbolehkan. Tingkat laba yang diperbolehkan ini pun telah menjadi wewenang pusat laba atau divisi. Persepsi manajemen senior atas kinerja keuangan dari suatu divisi akan dipengaruhi oleh laba yang dapat ditunjukkannya. Maka penyisihan laba harus dapat memperkirakan tingkat pengembalian (rate of return) yang dihasilkan seandainya unti usaha tersebut merupakan perusahaan independen yang menjual produknya kepada konsumen luar. Solusi secara konseptual adalah denganmembuat penyisihan laba yang berdasarkan investasi yang dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Nilai investasi tersebut dihitung pada level “standar” dengan aset tetap dan persediaan pada tingkat biaya penggantian (replacement cost)

PERBAIKAN ATAS MEKANISME TARNSFER HARGA
Permaslahan akan timbul dalam penentuan harga transfer pada perusahaan yang terintegrasi. Pusat laba yang pada akhirnya menjual produk pada pihak luar mungkin tidak menyadari adanya jumlah biaya tetap dan laba yang terkandung di dalam harga pembelian internal. Bahkan jika pusat laba terakhir akan menyadari adanya biaya tetap dan laba tersebut, ia tidak akan dapat mengurangi labanya untuk mengoptimalkan laba perusahaan.



Beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah ini adalah :

Persetujuan di antara unit-unit usaha
Persetujuan dapat dibuat dengan mekanisme formal di mana wakil-wakil dari unti-unti pembelian dan penjualan bertemu secara berkala untuk memutuskan harga penjualan kepada pihak luar dan pembagian laba untuk produk-produk dengan biaya tetap dan laba yang signifikan.


Dua langkah penentuan harga
Pada langkah ini harga transfer dibuat meliputi dua jenis biaya, yaitu :
- untuk setiap unit yang terjual, pembebanan biaya dibuat sama dengan biaya variabel standar dari produksi
- pembebanan biaya berkala setiap bulan dibuat sama dengan biaya tetap yang berhubungan dengan fasilitas yang disediakan untuk unit pembeli.

Gambaran penerapan penentuan harga dua langkah

Dalam satu perusahaan terdapat 2 divisi X sebagai produsen dan divisi Y sebagai konsumen bagi produk A. Divisi X mempunyai perkiraan sebagai berikut :

Divisi X (produsen) Unit dan biaya
Perkiraan penjualan bulanan ke divisi Y
Biaya variabel perunit produk
Biaya tetap bulanan yang dialokasikan ke produk
Investasi dalam modal kerja dan fasilitas
ROI kompetitif per tahun
Penyisihan Laba perbulan 5000 unit
5 dollar
20.000 dollar
1.200.000 dolar
10%
10.000 dollar
(1.200.000/12 x 10%)

Harga transfer untuk produk A Jumlah biaya
Biaya variabel perunit produk
Tambahan : biaya tetap perunit
Tambahan : laba perunit 5 dollar
4 dollar
2 dollar
Harga transfer 11 dollar


Divisi Y membeli produk A dengan harga transfer 11 dollar perunit padahal biaya variabel divisi hanya sebesar 5 dollar per unit, hal karena divisi Ytidak mempunyai informasi yang cukup untuk menghasilkan keputusan pemasaran jangka pendek. Jika Divisi Y mempunyai cukup informasi yang benar, maka Y dapat memberikan harga yang lebih rendah daripada harga normal dalam kondisi tertentu.
Penentuan harga dua langkah mengoreksi permasalahan tersebut dengan :
- mentransfer biaya variabel pada basis perunit, dan
- mentransfer biaya tetap dan laba pada basis lumpsum

Jika transfer produk A berjumlah 5.000 unit maka Y harus membayar : 55.000 dolar dengan perhitungan : (5000 unit x $5) + 20.000 + 10.000.
- Jika pada bulan lain transfer dari X je Y = 4.000 unit, Y harus membayar 50.000 dolar dengan perhitungan : (4000 unit x $5) + 20.000 + 10.000.
- Sebaliknya, Y harus membayar lebih rendah dengan metode dua langkah ini jika transfernya lebih dari 5.000 unit dalam bulan yang sama. Hal ini mencerminkan penghematan bagi X karena ia dapat memproduksi unti tambahan tanpa menimbulkan tambahan biaya tetap.

Beberapa keuntungan dari metode penentuan dua langkah ini adalah :
- unit Y membeli produk pada harga sesuai biaya variabel perunit yang diproduksi X dan Y akan membuat keputusan pemasaran jangka pendek dengan lebih baik.
- Unit Y meemiliki informasi atas biaya tetap dan laba yang berhubungan dengan produk A. Data-data tersebut dapat dipergunakan untuk memutuskan rencana jangka panjang
- Adanya penyisihan laba yang tetap setiap bulannya yang menguntungkan bagi perusahaan secara keseluruhan karena tidak dipengaruhi volume penjualan dari unti terakhir.

Metode ini sangat baik diterapkan bila :
- pembebanan biaya per bulan untuk biaya tetap dan laba harus dinegosiasikan secara berkala dan akan tergantung dari kapasitas yang digunakan oleh unit pembelian.
- alokasi investasi dan biaya dihitung secara akurat
Maka walalupun unit produksi memproduksi sesuai kapasitas unit pembeli, unit produksi dapat memproduksi untuk dijual ke luar jika menguntungkan.








KESIMPULAN

Penentuan harga transfer harus benar-benar dicapai dengan tetap memperhitungkan laba perusahaan secara keseluruhan. Secara kenyataan, perusahaan dalam menetapkan harga transfer harus menyadari adanya jumlah biaya tetap dan laba yang terkandung di dalam harga pembelian. Maka jika dijual keluar, berarti laba yang diperoleh tidak akan optimal. Maka mekanisme harga transfer dalam satu perusahaan antar divisi atau unit fungsional harus diusahakan sebagai suatu kebutuhan dan sangat disarankan dalam rangka mengoptimalkan perusahaan secara keseluruhan, dan bukan hanya keuntungan optimal tiap unit fungsional.






























REFERENSI

Tulisan ini disarikan dan dikutip dari beberapa buku acuan :
Akutansi Biaya 2, Supriyono, SU
Management Control System, Govindarajan dan Robert N Anthony
Managerial Economics, Analysis adnd Strategy, Evan J. Douglas

No comments: